Bahagia Lantaran Tidak Ngoyo

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3672
Senin, 11 Muharam 1447

Bahagia Lantaran Tidak Ngoyo
Saudaraku, dalam mengarungi kehidupan ini, tentu kita harus sungguh-sungguh, jihad, ijtihad dan mujahadah, namun semua itu harus tetap dalam batas kewajaran, batas kemampuan, dalam bingkai kesadaran, agar tidak berubah menjadi ngoyo atau memaksakan kehendak, memaksakan diri terhadap hal-hal yang berada di luar batas kesanggupan dan kepatutan yang sudah terjaga selaku hambaNya.

Jadi goyo dalam makna sederhana adalah sikap memaksakan diri secara berlebihan, tanpa mempertimbangkan kemampuan diri, kesehatan jiwa-raga, keselamatannya, bahkan kadang tanpa mengindahkan norma dan nilai kebenaran. Orang yang ngoyo, sering kali lupa bahwa rezeki, hasil, dan keberhasilan, tidak hanya ditentukan oleh usaha manusia saja, tapi lebih dari itu, bergantung pada perkenan atau izin dan ridha Allah ta'ala. 

Maka seyogyanya ya sewajarnya saja, sesuai kemampuan yang ada. Karena seringkali bahagia itu justru hadir ketika kita mampu berusaha dengan sungguh-sungguh, tapi tetap sadar diri, tidak memaksakan diri terhadap sesuatu yang di luar jangkauan, tidak memforsir diri melebihi batas kepatutan, tidak ambisius buta hingga melupakan kesehatan, keluarga, ibadah, dan ketenangan hati.

Di.antara batasan yang lazim agar tidak termasuk kategori ngoyo adalah tetap menjaga kesehatan fisik dan mental, tidak mengabaikan waktu ibadah dan waktu istirahat demi ambisi dunia, tidak mengorbankan keluarga demi karier semata, tidak memaksakan sesuatu yang sudah jelas bukan jatah kita, tidak menghalalkan segala cara demi hasil yang cepat, tetap sabar dalam proses, tidak gelisah bila hasil belum berpihak, selalu mengingat bahwa takdir Allah adalah penentu akhir segala usaha.

Firman Allah mengingatkan: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan sesungguhnya usaha itu kelak akan diperlihatkan (balasannya).” (QS. An-Najm 39-40)

Ayat ini menegaskan, bahwa kita hanya diwajibkan berusaha sesuai kemampuan, hasilnya, kita serahkan kepada Allah. Maka, tidak perlu ngoyo, karena Allah tidak membebani seseorang di luar batas kemampuannya.

Saudaraku, betapa banyak orang yang terlihat sukses, tapi jiwanya lelah, raganya hancur, hatinya gersang, karena mereka memaksakan kehendak, memaksa diri tanpa memperhatikan batas kemampuan. Debaliknya, orang yang hidup selaras dengan takaran dirinya, yang berusaha sekuat tenaga tapi tetap sabar dan tawakal, yang mengejar cita-cita tapi tetap menjaga fitrah, akan menemukan kebahagiaan yang lebih tulus, lebih damai, dan lebih berkah.

Saudaraku, benar nemang. kita menjalani hidup ini harus dengan sungguh-sungguh, namun tetap dalam batas kewajaran, agar kita terhindar dari sikap ngoyo yang melelahkan jiwa. Bahagia adalah saat kita bekerja keras tanpa memaksakan diri, berjuang tanpa melupakan takdir, dan bersyukur atas apa yang telah Allah tetapkan, tanpa harus lelah mengejar bayangan yang belum tentu milik kita. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk semangat tanpa berlebihan, berusaha tanpa putus asa, dan berserah diri tanpa kehilangan harapan. Aamiin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama