Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3673 Serial Hijrah
Selasa, 12 Muharam 1447
Bahagia Lantaran Tertib Berlalu Lintas
Saudaraku, di antara karunia Allah yang sering kita lupakan adalah keselamatan saat berlalu lintas. Betapa banyak orang yang setiap hari keluar rumah, namun tidak semua diberi kesempatan kembali ke rumah dalam keadaan selamat. Ada yang mengalami musibah kecelakaan karena kelalaian diri, ada yang menjadi korban karena abainya orang lain terhadap aturan lalu lintas.
Itulah sebabnya, tertib berlalu lintas sejatinya bukan hanya soal aturan dunia, tetapi bagian dari wujud kepatuhan, kedisiplinan, tanggung jawab, dan akhlak mulia yang sangat diperhatikan dalam ajaran Islam yang rahmatan lil'alamin. Bahkan, tertib di jalan raya adalah bagian dari "ibadah sosial" yang sangat nyata. Itulah bahagia itu bisa terasa ketika kita berkendara dengan mematuhi aturan, kita tertib beflalu lintas.
Di antaranya berdoa saat keluar rumah, sebelum berangkat ke suatu tujuan, memeriksa dan membawa SIM dan STNK sebagai bukti legalitas dan tanggung jawab atas kendaraan kita. Mengenakan helm saat naik sepeda motor sebagai bentuk ikhtiar awal dalam menjaga keselamatan. Memakai sabuk pengaman saat mengemudi mobil untuk mengurangi risiko kecelakaan. Berhenti saat lampu merah di traffic light meski banyak yang pura-pura "buta warna" lalu seenaknya melanggar. Tidak kebut-kebutan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain. Mendahului kendaraan lain dengan sopan, tanpa arogan. Syukur-syukur selama di perjalanan lisan kita selalu basah dengan dzikir. Tidak meludah ke kiri atau kanan saat berkendara, karena itu selain jorok, juga membahayakan. Parkir di tempat yang aman, teratur, dan tidak mengganggu hak orang lain.
Inilah di antara adab di jalan raya yang bila kita taati, maka hati pun menjadi tenang, hati sesama pengguna jalan pun ikut tenang, dan insyaAllah, perjalanan kita menjadi lebih berkah. Oleh karena itu, bagi siapapun yang selama ini masih abai, yang sering melanggar aturan lalu lintas, yang merasa remeh dengan keselamatan diri dan orang lain, apalagi bersama keluarga atau putra putrinya, maka kinilah saatnya hijrah, berpindah dari kelalaian menuju kesadaran, dari pelanggaran menuju ketaatan, dari kesembronoan menuju kehati-hatian.
Bukankah hijrah itu bukan hanya berpindah tempat saja? tapi juga berpindah sikap, niat, dan perilaku. Rasulullah ï·º bersabda: “Seorang Muslim adalah orang yang orang lain selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bukankah di jalan raya, tangan kita saat memegang setir atau stang, dan sikap kita saat berkendara, bisa jadi sebab keselamatan orang lain, atau sebaliknya, menjadi sebab musibah? Oleh karenanya, kita menjadikan setiap perjalanan sebagai ladang amal kebaikan, bukan ajang pelanggaran atau kedzaliman terhadap sesama pengguna jalan. Tertib berlalu lintas adalah bentuk konkret dari akhlak, adab, dan bukti kita menghormati hak orang lain.
Lantaran tertib berlalu lintas, Allah menurunkan rasa bahagia. Bahagia karena kita merasa aman, membuat orang lain nyaman, dan menjadikan jalan raya sebagai tempat berbagi kebaikan, bukan tempat menuai dosa atau musibah. Semoga Allah senantiasa menjaga kita di setiap perjalanan, memberikan keselamatan, dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang hijrah dari lalai menuju taat, dari abai menuju sadar,dari ceroboh menuju tertib. Aamiin
Tags:
Muhasabah Harian Ke-3673