Seimbang Keampunan Dosa

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 22 Syakban 1444

Seimbang Keampunan Dosa
Saudaraku, di antara gladi persiapan menyambut datangnya Ramadhan adalah kemaafan yang seimbang, baik secara vertikal mendapat keampunan dari Allah maupun secara sosiologis memperoleh kemaafan dari sesama. Kini saatnya, kita berikhtiar beristighfar memperoleh keampunan dari Allah atas segala dosa vertikal kita dan mendapatkan kemaafan dari sesama atas segala dosa horisontal.

Bila masih ada dosa vertikal akibat pengabaian kewajiban atau keingkaran atas titah Allah, maka tentu harus segera dihentikan sekarang juga dengan bertaubat. Allah berfirman yang artinya, Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs. Ali Imran 133-134)

Dosa vertikal akan segera memperoleh pengampunan Allah dengan taubat nasuha; istighfar atau memohon ampunan, al-nadm atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya, berazam atau bercita-cita tidak mengulanginya lagi, dan mengirinya dengan ketaatan.

Nah, untuk menyempurnakan ketakberdosaan kita, sejurus dengan pengampunan dari Allah, maka dosa horisontal harus kita selesaikan dengan saling maaf memaafkan antar sesama. Jadi di samping memperoleh pengampunan dosa dari Allah, kita harus mendapatkan kemaafan dari sesama manusia. Karena saat berinteraksi satu sama lainnya seringkali tidak bisa mengelak dari perilaku salah dan dosa, baik disengaja atau tidak sehingga bisa menyebabkan munculnya perasaan marah, sakit hati, jengkel dan perasaan tak nyaman lainnya dari sesama. Dalam konteks inilah, perlunya keberanian bersikap untuk meminta maaf di satu pihak dan keikhlasan memaafkan di pihak lainnya.

Bila seseorang sengaja atau tidak sengaja berbuat salah kepada sesamanya, maka alangkah mulianya kemudian bersegera menyelesaikan urusannya seraya memohon maaf atas kesalahan yang telah dilakukannya. Dan sebaliknya, sikap ikhlas memaafkan juga menjadi akhlak al-karimah, mulia dan memuliakan. Jadi secara sosiologis antropologis, untuk meraih kebersihan batin dari dosa dan kesalahan, maka lazim mewujud dalam praktik saling memohon maaf satu dengan sesamanya. 

Dengan keampunan dosa dari Allah dan kemaafan dari sesama mengantarkan diri menjadi kondusif dalam menyongsong bulan Ramadhan untuk meraih keberkahan yang Allah sediakan di dalamnya. Aamiin ya Mujib al-Sailin.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama