Seimbang Gladi Kesehatan

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 21 Syakban 1444

Seimbang Gladi Kesehatan
Saudaraku, di antara gladi untuk memastikan kesiapan menyambut hadirnya bulan Ramadhan adalah kesehatan yang seimbang. Tetapi, tentu menjaga kesehatan sejatinya harus terus dilakukan secara istikamah oleh siapa saja, kapan saja dan di manapun berada. Meski demikian di bulan Syakban jelang sepekan Ramadhan tentu perlu mendapat perhatian ekstra. Ikhtiar ini dilakukan guna memastikan pada bulan Ramadhan dan upaya pemberdayaannya dapat berjalan secara maksimal. Mengapa kesehatan penting dalam beribadah? 

Ya, di antaranya karena kesehatan menjadi aspek utama, pertama dan modal dasar bagi penunaian dan kesempurnaan seluruh ibadah dalam Islam, termasuk puasa. Bahkan saat Ramadhan terdapat dispensasi khusus dan pengecualian yang lazim diberikan kepada orang yang kesehatannya bermasalah, sehingga ada keizinan qadha atau fidyah bagi yang sakit. Betapa tidak! Dalam konteks ini masing-masing diri kita lazim mengalaminya secara praktis. 

Di saat aspek kesehatan bermasalah, maka seluruh aktivitas dalam hidup ini juga bermasalah. Secara umum, jangankan berpuasa yang daya tahan fisiknya benar-benar diuji, kaifiyatnya musti menahan diri dari makan minum seharian, atau berhaji yang rangkaian prosedurnya menghajatkan kondisi kesehatan yang prima, untuk shalat saja sebagai kewajiban harian orang Islam, sudah sulit sekali meraih derajat khusyuk bila badan tidak sehat. Saat meriang saja, misalnya, kitapun sering mengaduh kesakitan panas dingin. Dalam kondisi seperti ini, seringkali khusyuk pun sulit di raih.

Agar shalat khusuk dapat diraih, aktivitas ibadah shiyamuwa qiyamu ramadhan dapat diberdayakan, maka memastikan kesehatan menjadi niscaya. Begitu juga aktivitas lainnya. Atas izin Allah, dengan nikmat sehat, kita dapat menyelesaikan tugas atas amanah kehidupan yang kita emban dalam menjalani hidup ini.

Mengingat hal ikhwal menjaga kesehatan, maka gladi kesiapannya menjadi sangat signifikan dan semoga menjadi alarm kehidupan kita bersama. Tentu, dalam konteks ini ikhtiar preventif menjadi prioritas. Sehingga kita paham mengapa Nabi Muhammad saw sudah mempuasainya sejak bulan Syakban ini. Jadi di antara ikhtiar preventif dalam menjaga kesehatan adalah berpuasa. 

Aisyah ra, ummul mukminin mengisahkan aktivitas Rasulullah saw selama bulan Syaban:
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ “
Belum pernah Nabi saw berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Syaban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Mengapa berpuasa Syakban atau bahkan bulan-bulan lain sebelumnya, puasa sunat itu penting? Ya, tentu, karena di antaranya berpuasa itu mengajarkan keseimbangkan dan mengajarkan keteraturan pola makan, kesederhanaannya, kedisiplinan pola hidup dan aktivitasnya, sehingga kebermanfaatannya bagi kesehatan dapat dirasakan.

Melalui pola makan dan pola hidup yang islami kita menjemput karunia Ilahi, sejak hidup di dunia ini. Di antaranya adalah nikmat kesehatan yang prima. Atas perkenan Allah, dengan kesehatan yang prima ini, kita mampu mengerjakan semua kewajiban dan amanah kehidupan, baik secara vertikal maupun horisontal. 

Nah, kesehatan yang seimbang tentu di samping kondisi fisik yang prima juga harus dibarengi dengan kondisi hati yang suci, hati yang afiat, hati yang tidak dikotori. Rasulullah saw pernah bersabda,’Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak (sakit atau bahkan sekarat), niscaya aka rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu.” (HR Bukhari dan Muslim). ‘Hati’ atau qalbu inilah sebenarnya yang pangkal keindahan dan kemuliaan seseorang. Semoga kesehatan kita seimbang,  lahir batin, fisik phikhis.Aamiin ya Mujib al-Sailin. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama