Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 20 Syakban 1444
Seimbang Gladi Kebersihan
Saudaraku, sebagai implementasi praktis dari gladi iman, ilmu dan amal seperti yang telah diingatkan dalam muhasabah yang baru lalu adalah kebersihan. Apalagi menurut iman Islam, kebersihan sejatinya merupakan di antara identitas keislaman seseorang atau daerah. Artinya orang Islam itu bersih dan daerah (baca rumah, kantor, desa, kota, negeri) yang bersih itu islami. Mafhum mukhalafah dari pernyataan ini berarti orang jorok atau daerah yang kumuh itu tidak islami. Inilah makanya terutama di bulan Syakban ini kepedulian terhadap kesiapan akan kebersihan menjadi sangat mendesak.
Melalui tema muhasabah yang diracik di bawah judul seimbang gladi kebersihan ini diharapkan menjadi alarm atau pengingat bagi setiap orang Islam untuk memastikan kebersihan dalam hidupnya. Ya tentu, kebersihan di sini adalah kebersihan yang seimbang antara kebersihan lahir dan kebersihan batin; kebersihan diri, perilaku dan kebersihan lingkungannya. Dan ubtuk ini, rasanya akan menjadi ringan bila setiap orang memiliki kesadaran terhadap kebersihan sehingga keberkahan seperti heiginis, terhindar virus atau penyakit tentu menjadi niscaya.
Saking pentingnya, perihal kebersihan diri sudah lazim diingatkan oleh para ulama dan cerdik pandai. Bahkan dalam kitab-kitab fikih bab kebersihan diingatkan sebagai pembuka bahasan. Bab sesuci atau kitab thaharah dan seputarnya menjadi pintu gerbang agar bisa masuk, membaca, memahami dan mengamalkan isi dan sisi ajaran Islam yang dituangkan di dalamnya.
Dalam sejarah kenabian, kebersihan juga merupakan tuntunan awal saat Nabi Muhammad saw akan menyeru manusia kepada Islam. Allah berfirman yang artinya "Wahai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! Agungkan Rabbmu, bersihkan pakaianmu, tinggalkan semua perbuatan yang keji. (Qs. Al-Mudatsir 1-5)
Tuntunan dalam normativitas yang artinya tertera di atas adalah bersih lahir dan bersih batin. Kini, bersih lahir merefleksi pada kebugaran badan, selalu punya air sembahyang, dan pada kesucian pakaian yang dikenakannya. Sedangkan bersih batin berakumulasi dalam kesucian hati yang mewujud pada keshalihan perilakunya terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar.
Secara sosiologis antropologis, untuk meraih kebersihan batin dari dosa dan kesalahan, maka lazim mewujud dalam praktik saling memohon maaf satu dengan sesamanya. Ungkapan permohonan maaf lahir dan batin dengan redaksi krearifnya pada jelang Ramadhan akan menghiasi laman-laman mass media, group wa, twiter, facebook, instagram dan lainnya. Hal ini semua untuk menegaskan bahwa kebersihkan diri menjadi pembuka pintu keberkahan.
Kebersihan diri menjadi energi positif bagi lingkungan di manapun ia tinggal. Oleh karenanya kebersihan diri akan memengaruhi kebersihan lainnya, seperti kebersihan rumah, kebersihan perkakas yang dimilikinya, kebersihan halaman, kebersihan kendaraan, dan kebersihan lingkungan sekelilingnya. Dan secara lebih luas, kebersihan lingkungan, kebersihan tempat kerja, kebersihan tempat ibadah, mushala, masjid dan kebersihan jalan juga lingkungan akan sering diingatkan dan digalakkan pada bulan jelang Ramadhan.
Dan di atas segalanya kebersihan diri tentu harus mewujud pada kebersihan yang lebih substantif, seperti bersih track and recordnya dari perilaku tercela, bersih kepemimpinannya dari perilaku dhalim mendalimi, bersih laporan keuangannya dari laku koruptif, curang dan mark up, bersih hidupnya dari perilaku maksiat.
Dengan modal kebersihan lahir batin tersebut saat menyambut bulan Ramadhan, semoga kita dapat memaksimalkan ikhtiar dan ibadah dalam rangka meraih keberkahan yang Allah sediakan di dalamnya. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian