Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3496
Jumat, 10 Rajab 1446
Shalat: Agar Hati Tentram
Saudaraku, sebagai manusia biasa, tentu kita pernah susah dan hati gelisah apalagi saat-saat menghadapi masalah. Dan ini lumrah saja. Lalu, bagaimana mengatasinya? Dalam hal ini Islam mengajarkan kepada kita umatnya untuk shalat, baik yang fardhu maupun yang sunah. Nah inilah latar hadirnya muhasabah hari ini.
Kita yakin sepenuhnya bahwa di samping mendidik kedisiplinan, kebersihan dan kesabaran sebagaimana telah diingatkan dalam muhasabah yang baru lalu, shalat juga menvasilitasi hadirnya ketenangan jiwa dan ketentraman hati kita; Tentu juga anak-anak kita yang merengkuh shalat dengan setia. Mengapa shalat menvasilitasi hadirnya ketenangan jiwa dan ketentraman hati? Ya, di antaranya karena shalat itu akan menjadi wasilah, tampil sebagai penolong dan sumber kekuatan bagi yang merengkuhnya dengan setia.
Allah berfirman yang artinya: "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS. Al-Baqarah 45)
Normativitas yang terjemahannya tertera di atas menunjukkan bahwa shalat akan menjadi penolong dan sarana untuk mendapatkan ketenangan hati dan kekuatan dalam menghadapi problema kehidupan. Tetapi mesti diingat syaratnya harus shalat yang khusyuk.
Di samping itu, dalam shalat itu kita tidak saja ingat kepada Allah tetapi bahkan kita sowan menghadap dan curhat secara langsung kepadaNya tanpa perantara. Di sinilah kita akan mendapatkan ketenangan jiwa dan ketentraman hati. Allah berfirman yang artinya "...Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Dalam praktiknya, saat shalat seseorang mengingat Allah melalui seluruh bacaan, dzikir dan doa yang disampaikannya. Di samping itu, juga berdiri, rukuk, sujud dan bersimpuh di haribaanNya mengadu, curhat dan memohon pertolongan. Maka semua kaifiyat yang dijalani ini akan memberikan pengaruh positif bagi ketenangan hati dan menghilangkan rasa gelisah, resah, susah, bahkan juga lelah yang dialami hamba-hambaNya.
Lalu, dalam konteks perilaku keseharian dslam kehidupan ini, bukankah shalat dapat mencegah keburukan, maksiat dan perilaku dosa lainnya. Allah berfirman yang artinya "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Qur'an, dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan ingatlah Allah (dalam shalat), niscaya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabut: 45)
Dengan menjadikan shalat sebagai kelezatan iman, jiwa akan lebih terarah dan terhindar dari kekhawatiran dosa atau perilaku buruk, sehingga hati menjadi lebih damai, tidak terbebani oleh dosa. Bukankah selama ini, perilaku buruk, maksiat dan dosa yang menyebabkan hati berat terbebani sehingga susah, resah dan gelisah. Maka ketika kita bisa terhindar dari perilaku buruk, maksiat dan dosa-dosa, memvasilitasi jiwa kita menjadi tenang dan hati kita menjadi tentram.
Di samping al-Qur'an, juga disebutkan dalam banyak riwayat bahwa shalat merupakan wasilah untuk memperoleh ketenangan jiwa dan ketentraman hati. Di antaranya Rasulullah SAW bersabda "Dijadikan penyejuk mataku dalam shalat." (HR. An-Nasa’i dan Ahmad).
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman RA, ia berkata "Jika Rasulullah SAW menghadapi suatu urusan yang berat, beliau segera melaksanakan shalat."
(HR. Abu Dawud)
Rasulullah SAW mencontohkan bahwa shalat adalah cara untuk mencari ketenangan dan kekuatan ketika menghadapi kesulitan hidup.
Rasulullah SAW bersabda kepada Bilal: "Wahai Bilal, tenangkanlah kami dengan shalat." (HR. Abu Dawud)
Hadis ini menunjukkan bahwa shalat menjadi sarana untuk menenangkan hati dari kesibukan duniawi dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dan bukankah shalat sebagai mikrajul mukminan, sarana komunikasi langsung dengan Allah, yang membawa ketenangan karena merasa didengar oleh Sang Pencipta. Maha benar Allah dengan segala firmanNya.
Tags:
Muhassbah Harian Ke-3496