Seimbang: Fikir & Dzikir

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 9 Syakban 1444

Seimbang: Fikir & Dzikir
Saudaraku, prinsip keseimbangan dalam berislam juga musti mewujud dalam aktivitas berfikir dan berdzikir. Aktivitas berfikir tentu melibatkan kesadaran diri secara maksimal sehingga dengannya memungkinkan memperoleh kebenaran. Dan kebenaran tertinggi adalah Allah ta'ala. Maka proses berfikir sejatinya akan berujung pada menemukan Allah yang maha benar. Adapun dzikir merupakan laku bathin yang dengannya akan senantiasa merasakan kedamaian dan ketentraman hati. Oleh karenanya keduanya musti serasi seimbang dikukuhkan dalam keseharian orang-orang beriman. 

Allah berfirman yang artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Qs. Ali Imran 190-191)

Berdasarkan normativitas yang terjemahannya tertera di atas di antaranya dipahami bahwa segala yang ada dan yang terjadi di dunia ini bisa menjadi ibrah bagi orang-orang Islam, terutama bagi ulul albab.Yakni orang-orang yang berdzikir atau mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan berfikir tentang segala ciptaan Allah.

Apalagi berdzikir sejatinya mengakomodir seluruh aktivitas hamba, baik aktivitas lisan, akal pikiran, maupun aktivitas hati yang dilandasi dan diorientasikan pada keridhaan Ilahi. Meskipun secara lahiriyah merefleksi pada lisan yang basah dengan kalimat-kalimat thayyibah. Seperti di antaranya yang populis membaca tahlil (lailaha illallah), tasbih (subhanallah), tahmid (alhamdulillah), takbir (allahu akbar), istighfar (astaghfirullah al 'adhim) dan kalimat thayyibah lainnya. Kalimat thayyibah tersebut dibaca dilafalkan berulang kali sembari dihayati sampai benar-benar hadir hati. Untuk meraih hadir hati, bilangan dzikir yang dilakukan bisa bervariasi sesuai capaian dan kualitas kesadaran hamba. 

Secara praktis pada saat melafalkan kalimat thayyibah tersebut lazimnya diulang dan diulangi lagi dengan menyertakan maknanya, sampai benar-benar terasa getar di hati, perasaan larut dalam dzikir yang dilakukan, perasaan keilahiyahan menyusupi merasuki seluruh sendi-sendi fisik, pikiran dan hati sampai merasakan kedamaian bersama keridaanNya. Allah berfirman yang maknanya ''Wahai orang-orang beriman, berdzikirlah kalian (menyebut nama Allah), dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang”. (QS. al-Ahzab: 41-42) “Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. al-Ahzab 35)

Dengan demikian antara berfikir dan berdzikir menjadi satu kesatuan aktivitas yang melekat dan menjadi identitas orang-orang beriman. Semoga Allah senantiasa menganugrahi kita kemampuan berfikir dan berdzikir sehingga bisa eksis di muka bumi dan meraih ketentraman hati. Aamiin ya Mujib al-Sailin


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama