Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3492
Senin, 6 Rajab 1446
Membuat Jadwal Berbasis Shalat
Saudaraku, untuk menyukseskan agar shalat menjadi poros agenda kehidupan keluarga sebagaimana telah diingatkan dalam muhasabah yang baru lalu, maka kita seyogyanya juga membuat jadwal aktivitas harian kita harus berbasis shalat.
Berikut sekedar contoh jadwal tentatif berbasis shalat agar aktivitas sehari-hari berlangsung dengan lebih efektif, produktif dan berkah.
Pertama, Shalat (Sunat) Tahajud. Kita bisa bangun tidur dan syukur-syukur berhasil membangunkan pasangan dan anak-anak (didik) kita kira-kira satu jam menjelang waktu subuh. Usai bangun tidur, kita bisa melakukan thaharah atau mandi atau berwudhu, dan melaksanakan shalat tahajud, berdzikir, berdoa dan tilawah al-Qur'an
Kedua, Shalat (Fardhu) Subuh berjamaah, yang sebelumnya diawali shalat sunat qabliyah. Usai shalat subuh, kita bisa berdzikir, melanjutkan tilawah Al-Qur'an. Setelah itu, baru senam atau berolahraga ringan seperti jalan pagi, bersrpeda atau lainnya.
Ketiga, Shalat (Sunat) Dhuha. Bila tidak berpuasa kita bisa ngopi atau sarapan, lalu mandi, dan persiapan untuk aktivitas harian. Namun alangkah baiknya, kita shalat dhuha terlebih dahulu sebelum berangjat kerja. Dan setelah itu, kini saatnya kita berkonsentrasi pada pekerjaan, ke sawah, ke pasar atau berjualan, belajar, mengajar, kuliah, atau menyelesaikan tugas apapun yang menjafi amanah kehidupannya.
Keempat, Shalat (Fardhu) Dhuhur. Kira-kira setengah jam menjelang dhuhur kita sudah berkemas ke masjid untuk shalat dhuhur berjamaah. Sembari iktikaf kita bisa berdzikir dan berdoa sesuai hajat masing-masing hamba. Usai shalat dhuhur kita beristirahat, makan siang bila tidak berpuasa dan kembali ke tempat kerja sesuai waktu yang tertera.
Kelima, Shalat (Fardhu) Asar. Setelah bekerja di siang hari, maka kini kita bisa bersegera ke masjid kembali untuk berjamaah shalat Ashar. Usai shalat ashar, kita bisa bekerja ringan atau memeriksa kembali pekerjaan yang sudah dikerjakan sebelum berkemas pulang. Sesampai di rumah pun, seringkali kita masih bisa bekerja ringan, seperti menyapu, bersih-bersih lingkungan atau sekedar menyiram bunga.
Keenam, Shalat (Fardhu) Maghrib dan Isya. Tentu sebelum tibanya adzan magrib saat berbuka, kita sudah bersiap dengan thaharah, mandi dan atau wudhuk. Usai berbuka ala kadarnya kita bisa menunaikan Shalat Maghrib secara berjamaah. Setelah berdzikir dan berdoa, kita mendampingi anak-anak kita untuk mengaji hingga tibanya waktu Isya. Nah usai shslat Isya kita bisa duduk-duduk santai bersama keluarga atau makan malam dan berdiskusi. Bakda Isya, kita juga bisa mendampingi anak-anak dalam belajar, menyelesaikan tugas, menyiapkan untuk agenda esok hari dan melakukan evaluasi.
Dan kira-kita pukul 22:00, sudah bisa bersiap untuk istirahat di malam hari. Di sini kita sebaiknya memastikan diri dan anak-anak kita melakukan sikat gigi, wudhu, membaca doa dan dzikir sebelum tidur. Syukur-syukur bisa membersamai anak-anak kita yang masih balita untuk tidurnya dengan "uro-uro", "doda idi" sehingga anak-anak merasa aman, nyaman dan bahagia.
Saudaraku, tentu jadwal dan aktivitas di atas bersifat tentatif, makanya fleksibel bisa disesuaikan dengan kebutuhan pribadi, pekerjaan, atau lingkungan kita masing-masing. Namun yang paling penting waktu shalat nerupakan prioritas sebagai poros agenda dan pengatur utama sehingga aktivitas lain menyesuaikan, bukan sebaliknya. Oleh karenanya sesibuk apapun aktivitas duniawiyah kita, disiplin shalat harus ditegakkan. Dengan mendesain dan mengikuti jadwal berbasis shalat, tidak hanya ibadah terjaga, tetapi juga kehidupan menjadi lebih teratur dan penuh berkah. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian Ke-3492