Seimbang Iman Ilmu & Amal

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 8 Syakban 1444

Seimbang Iman, Ilmu & Amal
Saudaraku, di samping pada kemestian berjihad, berijtihad dan bermujahadah, prinsip keseimbangan idealnya juga mewujud pada kukuhnya iman, penguasaan ilmu dan praktik beramal shalih. Inilah, mengapa antara iman, ilmu dan amal menjadi kesatuan sistemik yang terjalin berkelindan satu atas lainnya. Meskipun demikian di sibi deskripsinya tetap disajikan satu persatu; mulai iman, lalu ilmu, dan amal.

Pertama, iman.  Dalam Islam, iman - kepada Allah, malaikat, rasul, kitab suci, hari akhir dan qadha qadar - lazimnya bersemi hingga terhunjam di hati sanubari, lati atau lisan naik saksi, dan budi pekerti islami menjadi bukti. Dengan demikian iman itu sistemik mewujud dalam totalitas kepribadian seseorang dalam kesehariannya.

Sebagai ikatan yang menghubungkan antara hamba sebagai makhluk dan Allah Sang Khalik, maka iman memampukan hamba beristikamah dalam ketaatan kepadaNya dan aman sejahtera selama mengarungi hidup dan kehidupan di dunia ini.

Kedua, ilmu. Iman yang mantap tentu musti didasari oleh penguasaan ilmu yang memadahi. Maka secara epistemologis ilmu itu musti lurus, musti benar-benar ilmu, ilmu yang amaliyah, bukan ilmu yang membuat angkuh, bukan ilmu yang menyebabkan pongah, bukan ilmu yang menjadikannya jauh dari Allah pemiliknya. Tetapi ilmu yang menyebabkannya rendah hati, ilmu yang menjadikannya sopan santun, ilmu yang kebermanfaatannya meluberi sesamanya dan ilmu yang mengantarkan kedekatan dirinya ke Allah Rabbuna.

Bila ilustrasi di atas dipahami, maka inti dari ilmu sejatinya pengetahuan tentang kebenaran. Mengapa? Ya, karena ketika logika ini diteruskan maka dipastikan akan berujung pada menuju, menemukan dan bersatu dengan - keridhaan - Tuhan zat yang maha benar, Allah zat yang maha mengetahui. Oleh karena itu, orang-orang yang mencari ilmu dan menguasainya justru semakin dekat dengan Allah Rabbuna dan taat syariatNya. 

Hal tersebut juga untuk menegaskan bahwa orang-orang yang berilmu itu semakin kukuh keberimanan pada Allah ta'ala. Dan orang-orang yang beriman dan berilmu itu diangkat derajatnya baik di kehidupan dunia maupun apalagi akhiratnya. Allah berfirman yang artinya Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Mujadalah 11)

Ketiga, Amal. Seiring dengan dan dalam rangka peningkatan kualitas iman dan penguasaan ilmu pengetahuan, maka idealitasnya bisa merefleksi pada peningkatan amal ibadah. Inilah, makanya dalam Islam, àntara iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan sistemik yang terjalin berkelindan saling memengaruhi satu dengan lainnya. Ketiganya musti serasi seimbang.

Amal dapat secara akseleratif meningkatkan kualitas iman dan penguasaan ilmu pengetahuan, dan mewujud dalam amal shalih. Agar iman di hati kuat, maka musti belajar atau mencari ilmu dan beramal shalih. Agar cerdas holistik, maka wajib beriman dan beramal shalih. Agar amal shalihnya konsisten, maka harus beriman yang benar dan belajar atau menambah ilmu pengetahuan. 

Dalam rangka meningkatan iman, ilmu dan amal, kita dapat bermunajat bermujahadah menjemput hidayah dan inayah Allah. Tanpa ini semua kita tidak ada apa-apanya, alias hidup tanpa makna. Oleh karenanya, semoga kita dianugrahi hidayan dan inayah untuk menseimbangkan antara iman, ilmu dan amal. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama