Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 25 Syakban 1444
Seimbang; Datang & Pergi
Saudaraku, bila muhasabah yang baru lalu mengambil tema tentang keseimbangan antara khauf dan raja' saat gladi sambut Ramadhan, maka tema muhasabah hari ini menyoal tentang datang dan pergi. Ini juga berlaku prinsip keseimbangan.
Dalam konteks ini, sebentar lagi bulan Ramadhan 1444 akan segera datang untuk menggantikan bulan Syakban 1444 yang sejenak lagi akan pergi. Bukankah datang dan perginya bulan (masa, suasana, orang) menjadi ibrah yang amat berharga bagi orang-orang beriman. Ya, tentu, Allah berfirman9 yang artinya Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Qs. Ali Imran 190-191)
Tidak seperti biasanya, kali ini Rasulullah saw agak terlambat datang di masjid padahal saat subuh sudah tiba. Adalah Bilal bin Rabah usai mengumandangkan adzan, dilihatnya di sana tidak didapati Baginda Rasulullah, maka bergegas mendatangi kediaman Nabi di seputar masjid. Setelah mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk, Bilal mendapati Rasulullah di atas sajadah dalam keadaan sedih terlihat dari wajahnya tanda-tanda air mata membasahi pipi Baginda. Bilal, "Tadi malam turun ayat inna fi khalqissamawati wal ardhi...(surat Ali Imran ayat 190-191 yang terjemahannya sebagaimana tertulis di atas), Aku khawatir umatku di akhir zaman nanti tidak sanggup memahaminya" jawab Rasulullah saw saat ditanya oleh Bilal mengapa sedih dan menangis.
Ya di antara sunnatullahNya adalah terjadinya gilir gumanti siang malam. "Sepanjang apapun" yang namanya malam, ia tidaklah selamanya, tetapi kemudian berganti menjadi pagi dan siang hari. Begitu juga pekatnya masalah juga akan berganti dengan terangnya solusi.
Sebagaimana malam berganti siang, maka di dunia ini, tetap saja ada yang datang dan ada yang pergi; ada saatnya datang dan ada kalanya untuk pergi. Datang dimaknai tiba, berada dan hadir di sini, sedangkan pergi merujuk pada makna kata kerja meninggalkan dari tempat semula, sehingga "hilang" dan tidak dalam jangkauannya lagi.
Istilah datang dan pergi menjadi bagian dari sunnatullah yang terus terjadi di manapun kapanpun sampai batas ajalnya masing-masing dan dapat dikaitkan kepada apa dan siapa saja. Datang dan pergi bisa terjadi berkenaan dengan rezeki atau keberuntungan atau cobaan atau problem atau masalah atau kesempatan, atau lainnya yang berlangsung sesuai takdir dan garisan tangan masing-masing pribadi. Tinggal bagaimana yang bersangkutan meresponinya.
Datang dan perginya seseorang ke suatu tempat karena suatu urusan atau tugas juga berjalan sesuai sunnatullahnya. Demikian juga halnya datang dan perginya seseorang dalam kehidupan seseorang yang lain.
Lebih dari itu, datang dan pergi atau lahir dan wafatnya seseorang di dunia ini juga terus silih berganti. Setiap saat ada saja bayi yang lahir sebagaimana halnya setiap saat juga ada saja yang wafat meninggalkan dunia dimana ruhnya pergi ke alam baqa.
Datang dan pergi menjadi sunnatullah yang berlaku atas semua makhluk ciptaan Allah. Maka tinggal bagaimana kita menyambut yang datang dan mengantarkan atau mengikhlaskan yang pergi. Teristimewa lagi secara internal, bagaimana diri kita sendiri berbekal pada masa sekarang ini sehingga saat pergi suatu saat nanti telah bersiap diri.
Idealnya, saat datang membawa keberkahan dan membahagiakan keluarga, handai tolan dan sesamanya, saat di sini terlebih lagi, maka saat pergi pun pasti meninggalkan kenangan kemaslahatan yang mengesankan sehingga nama dan jasanya dikenang oleh antargenerasi sepanjang zaman. Semoga kita bijak memaknainya. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian