Shalat itu Mikrajul Mukminin

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3513
Senin,  27 Rajab 1446

Shalat itu Mikrajul Mukmimin
Saudaraku, semalam kira-kira 1447 tahun yang silam, Nabi Muhammad saw diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik melangit ke Sidratul Muntaha menerima titah shalat, lalu turun kembali ke bumi merahmati, setelah di Masjidil Aqsa kemudian kembali dan tiba di Masjidil Haram lagi pada malam yang sama.

Berbeda dengan titah atau wahyu lainnya yang diterima melalui Malaikat Jibril, maka titah shalat inilah wahyu yang diterima secara langsung oleh Nabi dari Allah. Dalam perjalanan yang menakjubkan ini, Nabi Muhammad saw memperoleh pengalaman spiritual yang amat spesial, yang tidak pernah dialami sebelum maupun setelahnya. Ya inilah "mukjizat" Israk Mikraj Nabi yang terjadi pada suatu malam 27 Rajab menjelang hijrah. Kini, kita sebagai umatnya senantiasa mewarisi dan nguri-uri peristiwa Israk Mikraj ini dan nilai yang terkandung di dalamnya, terutama titah shalat. Apalagi dinyatakan oleh Nabi bahwa shalat itu mikrajul mukminin.

Nah, untuk memahaminya, kita menelisik melalui ilmu akhlak tasawuf. Dalam disiplin akhlak tasawuf, kita mengenal istilah maqam dan hal. Bila maqam (jamaknya maqamat) itu ikhtiar atau proses pendakian menuju Allah seperti taubar, sabar, tawakkal, maka hal (jamaknya ahwal) merupakan kondisi psikologis anugrah Ilahi, seperi ridha, ma'iyatullah, bersatu dengan - ridha - Allah.

Dalam konteks shalat, ketika Nabi Muhammad saw bersabda bahwa shalat merupakan mikrajul mukminin, maka di antaranya kita bisa memaknai bahwa shalat adalah maqam atau ikhtiar hamba menempuh perjalanan spiritual menuju dan sowan pada Allah ta'ala. Kira-kira sama dengan naik atau tarakhi, proses melangitnya hamba beraudensi dengan Ilahi. Lalu apa perolehannya atau hal (ahwal)nya?

Ya, perolehan shalat dalam hal ini tentu lebih bersifat spiritual, cenderung pada hal-hal yang bersifat ruhaniyah, seperti ketentraman hati, perasaan lega, plong, ghirah beribadah dan bahagia. Dengan perolehan ini kemudian akan membawa rahmat untuk kehidupan di muka bumi. Maka shalat sejatinya merupakan proses melangitnya hamba menjemput bahagia, agar eksis di muka bumi terbukti merahmati. Semoga

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama