Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 11 Syakban 1444
Seimbang; Bisa Taat atau Jahat?
Saudaraku manusia itu unik. Pada dirinya bisa merefleksikan sifat seluruh makhluk di bumi, tetapi makhluk tertentu hanya mewakili sebagian dari sifat yang dimiliki manusia. Meskipun pada dasarnya baik dan membawa fitrah Islam sehingga manusia itu bisa bersifat bagai malaikat yang sangat taat, tetapi juga bisa seperti setan yang sangat jahat; bisa seperti binatang ternak yang hanya makan, tidur beranak pinak, dan juga bisa bagaikan batu yang tak bergeming dinasihati. Mengapa, bisa seperti ini?
Ya, ternyata manusia hidup itu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Termasuk pilihan atas perbuatan yang dapat dilakukan atau ditinggalkan. Setiap orang dianugrahi kebebasan untuk memilih, kebebasan untuk berbuat; kebebasan untuk melakukan yang satu atau meninggalkan yang lainnya.
Dengan izin dan keridhaan Allah, kita dianugrahi karunia bebas memilih dan bebas berbuat untuk terus mentaati Allah dan rasulNya dengan berusaha melaksanakan seluruh perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Dalam hal ini kita berusaha meneguhkan arkanul iman yang enam dan arkanul Islam yang lima, serta membuktikan dalam akhlaqul karimah, di samping sekuat tenaga menghindari perilaku buruk dan perilaku yang mendatangkan murkanya Allah.
Namun dengan izin Allah juga, manusia diberi kebebasan sehingga dapat memilih dan bebas berbuat dosa dengan menelantarkan kewajibannya atau bahkan melawanNya dengan berbuat kejahatan semau-maunya.
Merujuk pada kebebasan inilah, sejatinya keadilan dapat dikukuhkan. Artinya dengan menganut prinsip keadilan, maka sesiapa yang menentukan pilihannya untuk berbuat kebaikan akan menuai kebaikan pula, dan sesiapa yang memilih berbuat keburukan atau kejahatan maka ia akan menanggung akibatnya, menuai nasib buruk dan kesengsaraan hidup.
Karunia kebebasan; kebebasan berkeinginan (free will), kebebasan memilih (free choice), kebebasan berbuat (free act) mestinya disyukuri dengan sepenuh kesadaran dan tanggungjawab. Hanya keinginan, pilihan, dan perbuatan yang baik saja yang idealnya dimenangkan dalam kehidupan.
.
Allah telah menhingatkan melalui firmanNya bahwa setiap jiwa diilhamkan perilaku fujur dan takwa (Qs. Al-Syam 8). Nah, menjadi fujur/perilaku melanggar aturan atau menjadi takwa/perilaku taat sangat bergantung pada masing-masing orang. Tentu, bila ingin hidup bahagia wajib memenangkan takwa menjadi orang yang taat, dan sebaliknya ketika memenangkan fujur berperilaku jahat.m maka hidupnya pasti sengsara.
Dengan hati yang ikhlas dan akal yang jernih, manusia mustinya mampu menghayati, memahami, memikir-mikir, memilah memilih mana yang terbaik baginya dan mana yang tidak. Apalagi kalau hidup ini di samping pilihan tetapi juga ujian. Siapa yang akan lulus dan yang tidak lulus tergantung yang diuji. Memang yang menguji tentu sudah sangat paham terhadap yang diuji dan bisa meluluskan atau menggagalkan hasilnya.Tetapi rasanya mustahil dilakukan oleh penguji yang adil.
Dua jalan sudah disediakan, tetapi jalan mana yang akan diikutinya diberikan kebebasan pada penggunanya. Meskipun pilihan itu sendiri juga merupakan bagian sangat kecil skenario pembuat jalan.
Apapun ulasannya, baik pilihan maupun bukan, namun ilham takwa harus dimenangkan dan selalu menjadi pemenang. Untuk ini perlu usaha sungguh-sungguhdan doa khusyuk; ikhtiar dan selalu memohonan hidayah pada Allah. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian