Muhasabah 17 Rajab 1444
Shalat Secara Cerdas
Saudaraku, saat shalat setelah membaca al-Fatihah, maka kaifiyat berikutnya adalah membaca surat atau ayat al-Qur'an. Hal ini merupakan amalan sunat setelah membaca surat Al-Fatihah pada dua rakaat pertama di semua shalat.
Dari Abu Qatadah, ia berkata, Nabi shallallahu’alaihi wasallam membaca Al-Fatihah di dua rakaat pertama shalat zhuhur dan juga membaca dua surat yang panjang pada rakaat pertama dan pendek pada rakaat kedua dan terkadang hanya satu ayat. Beliau membaca Al-Fatihah di dua rakaat pertama shalat ashar dan juga membaca dua surat dengan surat yang panjang pada rakaat pertama. Beliau juga biasanya memperpanjang bacaan surat di rakaat pertama shalat subuh dan memperpendeknya di rakaat kedua” (HR Al-Bukhari No. 759, Muslim No. 451).
Pada kaifiyat ini terdapat kebebasan untuk membaca surat atau ayat al-Qur'an setelah membaca surat Al-Fatihah. Bila kita perhatikan pada rukun yang lain, maka terdapat standar kelazinan bahkan bacaannya sekalipun, tetapi pada kaifiyat ini justru terdapat kebebasan membaca surat atau ayat al-Qur'an, makanya dipandang sunat.
Tentu, dalam praktiknya semakin panjang ayat atau surat yang dibaca menjadi lebih baik, terutama untuk shalat-shalat sendirian (munfaridan), misalnya saat shalat sunat. Tetapi pada shalat-shalat yang ditunaikan secara berjamaah (seperti shalat lima fardhu misalnya) dirasa penting bagi imam untuk memperhatikan keadaan seluruh jamaah yang menjadi makmumnya. Bisa jadi ada di antaranya orang yang muda, tua, remaja, anak-anak, laki-laki, perempuan, musafir, memiliki hajat tertentu, atau ada yang kurang sehat atau masalah ketahanan fisiknya, dll, maka seolah-olah menuntun adanya standar umum sebagai kelaziman dalam membaca surat atau ayat setelah surat al-Fatihah.
Tetapi justru di sinilah letak indahnya berjamaah, imam dan makmum (baca pemimpin dan yang dipimpin) idealnya sama-sama memiliki kecerdasan emosional dan sosial yakni bisa saling merasa, tepo sliro, sehingga masing-masing bisa khusyuk, merasakan nikmat shalat, nyaman dan aman berjamaah.
Jangan sampai saat shalat, justru ada di antara jamaah atau makmum yang menggerutu (setidaknya membatin) lantaran panjangnya surat atau ayat al-Qur'an yang dibaca oleh imam, atau karena lamanya gerakan antar satu rukun dan lainnya. Atau sebaliknya, bacaan dan gerakannya relatif terlalu cepat. Tentu, alangkah indahnya bila ada lelaziman atau standar yang wajar.
Ya, semoga shalat kita membahagikan (baca mencerdaskan). Ya orang-orang yang shalat adalah orang-orang yang peduli sesama. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian