Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 18 Rajab 1444
Shalat Puncak Ketundukan
Saudaraku, kaifiyat shalat setelah berdiri, membaca doa iftitah, al-Fatihah dan surat atau ayat al-Qur'an adalah rukuk dengan di antarai takbir "Allahu akbar" kita meneguhkan kembali bahwa Allah maha besar dan selainNya maha kecil.
Tuntunan rukuk di antaranya merujuk pada firman Allah yang artinya Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung." (Qs. Al-Haj 77)
Dan Dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda "Jika Anda hendak mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat Al-Qur'an yang mudah bagi Anda. Kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan tumakninah, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud dengan tumakninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk sampai benar-benar duduk dengan tumakninah, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, kemudian lakukan seperti itu pada seluruh salatmu." (HR Bukhari 757 dan Muslim 397)
Bila dalam posisi berdiri saat shalat mengajarkan tentang nilai ketegaran, kekuatan, kesabaran dan keadilan, maka rukuk mengajarkan penghormatan atau tepatnya ketakdhiman, ketundukan hamba ke atas Rabbnya dan keseimbangan, sehingga hamba senantiasa memujiNya. Inilah mengapa rukuk sebagaimana rukun lainnya musti dilakukan secara tumakninah dan istikamah.
Sebuah riwayat yang disandarkan kepada peristiwa Mi'raj Nabi Muhammad saw, ketika sedang rukuk ia menyaksikan kedudukan (maqam) paling tinggi, yakni 'Arasy yang menakjubkan, lalu di dalam rukuknya ia mengucapkan subhana Rabbiyal 'Adhimi wa bihamdih (Mahasuci Tuhan Yang Mahabesar dan segala pujian hanya untuk-Nya). Tentu ucapan ini dipahami betul saat melihat 'Arasy karena di tempat itulah Nabi menerima perintah shalat. Ketika bangkit dari rukuk melihat cahaya 'Arasy meliputi dirinya dan pada saat itu ia membaca Sami'allahu liman hamida, kemudian ia tersungkur di dalam sujud di hadapan Allah Rabbuna Yang Mahaagung.
Pertama, penghormatam yang pernah dikajukan okeh orang-orang yang berperadaban tinggi di antaranya berdiri menghormat dengan tangan kanan di pelipis kanan dan menunduk serta bersujud. Jadi membungkukkan badan sebesar 90 persen nerupakan penghormatan atau ketakdhim hamba ke atas Allah Rabbuna.
Kedua, karena representasi dari ketundukan maka rukuk dapat membersihkan diri dari berbagai sifat egois (ananiyyah) dan ketakjuban diri (inniyyah), kemudian menghilangkan berbagai pikiran selain mengingatNya untuk sepenuhnya pasrah diri kepada Allah dalam sujud sejenak lagi.
Hidayah dan petunjuk Allah akan berpihak bagi siapa pun yang mencapai puncak kekhusyukan di dalam rukuk. Rukuk seperti inilah yang dijanjikan berbagai keberuntungan sebagaimana firman Allah dalam QS al-Hajj 77 di atas.
Ketiga, di samping penghormatan dan ketundukan, rukuk juga mengajarkan keseimbangan. Artinya, tuntunan shalat menghendaki kondisi lahiriyah dan bathiniyah serasi seimbang, dalam keadaan sehat wal afiat. Kita bisa membayangjan bagaimana saat rukuk- tentu juga posisi dan gerakan lainnya - kita tidak memiliki keseimbangan. Tentu, akan menuai banyak masalah. Jadi seimbang itu penting.
Semoga rukuk kita menhadi bukti representatif akan ketundukan pada Allah, ketaatan yang tulus akan seluruh titahNya. Bukan saja kepala yang merunduk, tetapi juga seluruh eksistensi dan kesadaran kita sepenuhnya dalam ketundukan kepadaNya semata. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian