Mendidik dengan Keteladanan

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3490
Sabtu, 4 Rajab 1446

Mendidik dengan Keteladanan
Saudaraku, di samping pembiasaan juga keikhlasan sebagaimana telah diingatkan dalam muhasabah yang baru lalu, maka keteladanan merupakan strategi jitu yang musti dipraktikkan dalam mendidikkan shalat kepada anak-anak (didik) kita. Ya tentu, dalam hal ini kita orangtua-orangtua ini wajib "di depan" tampil sebagai teladan untuk anak-anak.

Pengajaran yang terus dicurahkan dan nasihat yang senantiasa ditumpahkan akan berpengaruh secara lebih efektif bila anak-anak kita melihat secara langsung tindakan nyata orang-orang yang di sekelingnya, terutama orangtuanya.

Mengapa keteladanan lebih efektif ketimbang nasihat lisan? Ya, di antaranya, karena dalam keteladanan terdapat integritas, kejujuran dan tanggungjawab. Dalam keteladanan menuntut keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Seorang ayah atau ibu menjadi teladan ketika mereka menunjukkan keistikamahan atau konsistensi dalam tindakan yang nyata, bisa disaksikan oleh anak-anak (kita) benar adanya.

Keteladanan juga didasari oleh sikap jujur: begitu ucapannya, maka begitu pula perilakunya. Tidak ada dalam kamus hidupnya; di bibir lain, di perbuatan lain.
Jadi keteladanan harus menunjukkan kejujuran dalam semua aspek kehidupannya sehingga orang lain dapat mempercayainya. Dan di samping itu, keteladanan memerlukan kesadaran penuh akan kebersediaannya untuk bertanggung jawab atas apa yang lakukannya.

Karena itulah, sering kita dengar ungkapan "bagaimana kelapa, begitulah minyaknya,  kiban u meunan minyeuk" atau buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Mengambil ibrah ungkapan ini, kita harus lebih menyadari betapa diri kita itu penting bagi anak-anak kita, bagi masa depan dan pendidikannya  Oleh karena itu seluruh aktivitas dan sikap keseharian kita menjadi rujukan bagi anak-anak kita. 

Apapun aktivitas yang kita lakukan sejak bangun tidur hingga beranjak tidur kembali itu live atau langsung dilihat, disaksikan dan kemungkinan ditiru itu lebih besar. Tentu bukan hanya aktivitas besar saja bahkan juga yang kecil, remeh temeh juga. Misalnya bagaimana kita membiasakan mencuci piring sendiri usai makan, membereskan meja dan ruangan makan, ruang tamu, kamar mandi, memasang kancing baju yang terlepas dan hal-hal kecil lainnya. Apalagi hal-hal prinsip, misalnya menepati janji, bersedekah, membaca buku, menulis atau sopan saat berbicara dan seterusnya.

Dalam konteks muhasabah hari ini, tentu termasuk memberi teladan dalam hal shalat, terutama konsistensi penunaiannya. Lalu juga keteladanan mengerjakan shalat fardhu di awal waktu dan berjamah, juga yang sunat shalat tahajud saat qiyamul lail, shalat dhuha, dan shalat rawatib. Semoga.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama