Shalat Saat Berdiri

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 11 Rajab 1444

Shalat Saat Berdiri
Saudaraku, setelah niat, maka rukun shalat berikutnya adalah berdiri. Ya, berdiri, kita mengambil posisi tegak hanya ditopang oleh dua kaki yang kukuh menjejak bumi, sehingga seimbang dan kuat. Kita ingin menyatakan bahwa saat berdiri kita senantiasa istiqamah (kukuh pendirian) untuk ingat Allah dan memujiNya. Apalagi berdiri merupakan representasi dari seluruh aktivitas manusia di atas bumi ini; di dunia manapun dan ke manapun. Maka dalam aktivitas apapun, di manapun dan kapanpun kita ingat Allah dan memujiNya. Jadi berdiri dalam shalat memiliki makna dan kekuatan spiritual. 

Dalam dimensi esoterik, kata Prof Nasaruddin Umar, berdiri dalam shalat merupakan lambang dari tauhid perbuatan (al-tauhid al-fa'ali), sebagaimana dalam rukuk merupakan lambang dari tauhid sifat (al-tauhid al-shifati) dan sujud sebagai lambang tauhid zat (al-tauhid al-zati). Mengapa?

Ya, berdiri tegak sejatinya melambangkan huruf alif yang dalam pandangan sufistik memiliki banyak makna keutamaan. Pertama, berdiri dalam shalat adalah bukti ketegaran seorang hamba sebagai perwujudan (tajalli)nya Allah yang memiliki sifat utama, yaitu Allah Yang Mahategar (qayyumiyyah al- Haq) yang dalam bahasa tasawuf biasa disebut dengan al-faidh al-muqaddas.

Dalam normativitas Islam, tuntutan mengerjakan shalat diingatkan berkali-kali, bahkan Allah ta'ala menggunakan kalimah aqimu al-shalah (dirikanlah shalat), bukannya if'alu al-shalah (kerjakanlah shalat). Artinya, shalat benar-benar musti tegak, eksis, dan dilaksanakan secara istiqamah (ajeg dan konsisten). Allah berfirman Peliharalah semua shalat dan shalat wustha. Dandirikanlah (shalat) karena Allah dengan khusyuk. (Qs. Al-Baqarah 238) 

Berdiri dalam shalat merupakan tuntunan Allah melalui Jibril sebagaimana disebutkan dalam hadis: Amarani Jibrail an aqra' al-shalah qaiman, wa an uhmidahu raki'an, wa an usab bihahu sajidan, wa an ud'uh jalis an (Jibril memerintahkan aku membaca ayat-ayat Al-Qur'an dalam keadaan berdiri dan memuji Tuhan dalam keadaan rukuk, bertasbih dalam keadaan sujud, dan berdoa dalam keadaan duduk).

Berdiri dalam shalat memang harus diupayakan semaksimal mungkin. Beberapa hadis menceritakan sahabat Nabi mempertahankan shalat berdiri walaupun dalam keadaan kakinya bengkak. Bahkan, salah seorang sahabat pernah membentangkan tali dari tiang ke tiang sebagai sandaran untuk menopang kakinya yang tidak kuat.

Kita sebaiknya tidak memanjakan diri shalat dengan menggunakan kursi atau shalat duduk selama masih memungkinkan kita untuk berdiri. Berdiri di dalam shalat sekaligus merupakan latihan dan pengejawantahan misi shalat untuk menegakkan kebenaran, mencegah keburukan, dan kemungkaran.

Kedua, lambang keadilan. Berdiri dengan tegak dalam shalat diharapkan juga menjadi lambang ketegaran di dalam penegakan keadilan (kunu qawwamin bi al-qisth syuhada' lillah QS an-Nisa' [4]:135, QS al-Maidah [5]:8). 

Ketiga, mengajarkan kesabaran. Berdiri juga sering merupakan simbol dari kesabaran. Makanya dalam akhlak shalat, setelah membaca al-Fatihah, sebaiknya membaca ayat atsu surat yang panjang, terutama untuk shalat-shalat sunat munfaridan, yang tidak berjamaah.

Keempat, mengajarkan jihad kesungguh-sungguhan. Berdi tegak dan kukuh itu tidak mudah, maka perlu ikhtiar kesungguh-sungguhan jihad, ijtihad dan mujahadah.

Kelima, mengajarkan komitmen dan keistiqamahan. Ya, kata istiqamah itu sendiri seakar kata dengan kata qiyamah (berdiri). Orang yang terbiasa berdiri tegar dan istiqamah mendapatkan janji keutamaan dari Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam ayat: "Sesungguhnya orang- orang yang mengatakan: `Allah kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan tu run ke pada mereka dengan mengatakan: `Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan gem birakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (QS Fushilat 30).

Dalam hadis juga disebutkan orang yang konsisten dan tegar berdiri mempertahankan kebenaran akan di-back-up oleh para malaikat sehingga tidak perlu takut dan bersedih hati. Berdiri dalam shalat, selain memenuhi tuntunan shalat itu sendiri, juga berfungsi sebagai spiritual training untuk terbiasa berdiri menegakkan kebenaran. Berdiri dalam shalat dalam kitab-kitab fikih harus berdiri tegar, tidak boleh salah satu kaki tegar yang lainnya istirahat.

Berdiri di atas kaki sendiri dengan posisi tegar diharapkan dapat mempersaksikan bacaan-bacaan ayat, termasuk membaca surah al- Fatihah yang menjadi salah satu inti shalat. Seolah-olah kita mengikrarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur'an kita di hadapan Allah, yang dilukiskan di dalam hadis: An ta'bud Allah ka annaka tarah wa in lam takun tarah fa innahu yaraka (menyembah Allah seolah kita menyaksikan-Nya atau kita yang disaksikan oleh-Nya). Semakin lama kita berdiri semakin terasa intensifnya pertemuan dengan Allah.

Semoga kita benar-benar istiqamah dalam shalat. Aamiin ya Mujib al-Sailin 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama