Bijak Membagi Tugas

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3485
Senin, 28 Jumadil Tsani 1446

Bijak Membagi Tugas
Saudaraku, sebagaimana telah diingatkan dalam beberapa kali dalam halaqah muhasabah dini hari ini bahwa, karena kurikulum pendidikan adalah "hidup dan kehidupan secara islami", maka meniscayakan banyak aspek yang musti kita rengkuh dan kita wariskan kepada anak-anak (didik) kita. Termasuk pembagian dan menyepakati tugas masing-masing secara bijak.

Ya, meskipun anak-anak secara langsung (live) bisa mengetahui - bahkan meniru - bagaimana ayah, ibu  kakak dan atau abangnya dalam beraktivitas keseharian dan mengerjakan apapun yang harus dikerjakan, pembagian tugas kepada masing-masing anak perlu dilakukan.  Ya, tetapi tetap harus proporsional, tentu; tidak boleh memaksakan kehendak, tidak etis memberi beban melebihi kemampuannya. Pembagian tugas bila dilakukan dengan bijak,  justru di sinilah sejatinya anak-anak kita bisa belajar hidup dan menghadapi kehidupan. 

Kapan orangtua beranjak tidur dan kapan bangun tidur, lalu mengerjakan apa dalam kesehariannya bahkan secara detail dan nyata menjadi bagian dari "kurikulum pendidikan informal" yang amat memengaruhi anak-anaknya. Oleh karenanya sebagai orangtua tidak boleh sak-enaknya sendiri, bangun tidur suka-suka, shalat subuh di waktu dhuha, jangankan doa panjang-panjang, istighfar memohon ampunanpun sering luput karena harus segera pergi ke tempat kerja. Begitu juga aktivitas keseharian lainnya. Intinya semua menjadi kurikulum bagi anak-anak kita. Bila ibu adalah madrasatul ula, maka bapak menjadi kepala madrasahnya sekaligus semua belajar kepada mereka.

Tentu, sebagai orangtua baik ibu maupun ayah harus tampil sebagai teladan dalam hal kebaikan apa saja bagi anak-anaknya. Meskipun pembagian tugas telah disepakati dan dijalankan, tetapi kebersamaan dan atau membersamai anak-anak dalam menyelesaikan tugasnya tetap signifikan. Jangan sampai orangtua ada tapi seperti tak ada; jangan sampai ayah ibu di rumah tapi tak pernah bersama anak-anaknya. 

Bila tugas dikerjakan bersama-sama, maka semua agenda dan pekerjaan kerumahtanggaan selesai dengan segera; Coba betapa sibuknya sebuah keluarga dengan aktivitas bermakna yang susul menyusul; seusai shalat subuh berjamaah, berdzikir, berdoa dan tilawah al-Qur'an, kemudian sudah ada yang berkemas memulai memasak nasi dan teman-temannya, ada yang membereskan pakaian untuk dicuci atau diseterika atau dibawa ke laundry, ada yang menyapu juga mengepel seluruh kamar di rumah, ada yang menyapu membersihkan teras, halaman dan lingkungan sekitarnya, membersihkan kendaraan dan menyiapkannya untuk sewaktu-waktu digunakannya. Maka dengan sekejap saja pekerjaan rumah sudah siap dan tuntas semua, tinggal lagi masing-masing  berkemas ke sekolah atu ke tempat kerja. Bila hari libur, maka agenda silaturahim, menghadiri undangan dan atsu rekreasi sudah tak tersendat lagi. 

Begitu juga untuk aktivitas dan agenda harian lainnya, semuanya dikerjakan dengan semangat kebersamaan oleh masing-masing sesuai kemampuan dan tugasnya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama