Shalat: Puncak Pujian

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Puncak Ayyamul Bidh 15 Rajab 1444

Shalat Puncak Pujian
Saudaraku, setelah niat tertambat di hati, posisi fisikpun sudah tegap berdiri dan takbiratul ihram pun dimulai dan doa ifitah sudah diresapi, maka tuntunan kaifiyat shalat berikut adalah membaca al-Fatihah. Dalam fikih, membaca al-Fatihah merupakan di antara rukun shalat.

Karena termasuk rukun shalat, maka shalat yang dilakukan tanpa membaca surat Al-Fatihah dinilai tidak sah. Hal ini merujuk pada sabda Rasulullah saw sebagaimana diriwayatkan oleh Ubadah bin Shamit ra yang artinya, "Tidak sah shalat kecuali dengan membaca ummul-qur'an (surat Al-Fatihah)" (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits senada, Rasulullah saw bersabda: "Tidak sah shalatnya orang yang tanpa membaca Surat Al-Fatihah." (Hr. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

Ia dibaca pada setiap rekaatnya, dengan demikian kita mengulang-ulang membaca surat Al-Fatihah setidaknya 17 kali sehari semalam. Bila dikira dengan penunaian shalat sunat, maka kita akan lebih banyak dan lebih sering membaca surat al-Fatihah. Inilah mengapa surat Al-Fatihah dinamakan juga al-sab'u al-matsani tujuh ayat yang diulang-ulang dibaca.

Rasulullah saw bersabda, "Al-Fatihah adalah ummul Qur'an, ummul kitab dan al-sab'ul-matsani." (Hr Tirmidzi). Al-Sab'u al-Matsani yaitu tujuh ayat yang diulang-ulang, hal ini ditegaskan oleh Allah dalam surat Al-Hijr ayat 87:

ÙˆَÙ„َÙ‚َدْ Ø¡َاتَÙŠْÙ†َٰÙƒَ سَبْعًا Ù…ِّÙ†َ ٱلْÙ…َØ«َانِÙ‰ ÙˆَٱلْÙ‚ُرْØ¡َانَ ٱلْعَظِيمَ

Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur'an yang agung."

Saat membaca al-Fatihah, di antaranya kita memuji Allah dengan setinggi-tingginya pujian. Karena hanya Allah lah, muara segala pujian. Maka ketika kita memuji dan takjub kepada keindahan alam, maka sejatinya pujian itu untuk Allah yang telah menciptakannya. Bila kita memuji dan takjub akan ketinggian ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai oleh manusia, maka sejatinya kita memuji Allah yang telah menganugrahi potensi dan kemampuan kepada manusia sehingga mampu meraihnya. Bila kita memuji dan takjub akan ketampanan atau kecantikan seseorang, maka sejatinya kita mengangumi dan memuji Allah yang telah menciptakannya. Begitu seterusnya.

Oleh karena itu sesaat membaca al-Fatihah, kita memuji Allah Rabb sekalian alam. Coba bayangkan dalam sekejab sesaat bibir melafalkan alhamdulillahi Rabb al-'alamin, segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam, maka hati kita meyakini bahwa Allah yang maha menciptakan, Allah yang maha memelihara; Allah yang maha melindungi; Allah yang maha menganugrahi kesehatan, Allah yang maha memberi rezeki. Allah yang maha mengaruniai; Allah yang maha menghidupkan dan yang maha mematikan dan seterusnya. 

Dengan demikian, seringkali hati dan daya pikir kita melampaui dari apa yang kita lafaldkan. Tetapi yang ingin ditegaskan di sini adalah puncak pujian itu kita persembahkan kepada Allah saat shalat. Dan tentu, tidak hanya saat berdiri membaca al-Fatihah saja kita memuji Allah, tetapi juga pada hampir seluruh kaifiyat shalat, baik saat rukuk, sujud maupun duduk. Inilah representasi bahwa seluruh aktivitas manusia mustinya senantiasa ingat dan memuji Allah taala. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama