Shalat: Berikrar

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Ayyamul Bidh Ke-2, 14 Rajab 1444

Shalat: Berikrar
Saudaraku, bila niat sudah tertambat di hati, posisi badan sudah tegap berdiri dan takbiratul ihram pun dimulai seraya mengangkat tangan  dengan telapak tangan terbuka menghadapkannya ke kiblat, jari-jari tangan tidak terlalu lebar ataupun terlalu rapat, setentang dengan telinga, maka tuntunan kaifiyat shalat berikut adalah membaca doa iftitah. Ia sebagai ikrar hamba ke atas Allah Rabbuna.

Pada saatnya, kita di antaranya menyatakan tentang komitmen dalam menjalani hidup di dunia ini. Allah berfirman yang artinya Katakanlah: "Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Qs. Al-An'am 162,-163)

Saban saat kita menyatakan bahwa shalat (baca juga ibadah lainnya), pengurbanan, hidup (baca juga harta tahta keluarga) dan mati itu lillahi rabb al-'alamin. Dari sini kita memahami bahwa shalat, ibadah, pengurbanan, hidup dan mati kita itu lillah; karena Allah, di atas rel Allah dan untuk Allah. 

Pertama, shalat, ibadah, pengurbanan, hidup dan mati itu lillah ketika kita menyadari bahwa kita dihidupkan dan dimatikan oleh Allah, selama di dunia dianugrahi rezeki oleh Allah, diberi kesempatan dan kekuatan oleh Allah, diuji oleh Allah dan dianugrahi segala kenikmatan oleh Allah ....,agar menjadi hamba yang bersyukur. Untuk ini betapa melimpah karunia Allah yang kita nikmati, karunia hidup dalam kondisi sehat wa afiat, beriman dan berislam. Maka shalat itu sejatinya juga perwujudan rasa syukur hamba ke atas Allah, Rabbuna.

Kedua, shalat, ibadah, pengurbanan, hidup dan mati itu lillah ketika kita menyadari bahwa karena hidup dan mati kita itu untuk Allah, maka saat menjalani hidup dalam kehidupan di dunia ini harus mengikuti aturan dan di atas jalan yang digariskan oleh Allah. Begitupun saat mati, musti dalam keadaan Islam, berserah diri pada Allah. Dalam hal ini, saat masih hidup tentu harus menapaki jalan lurus (shirathal mustaqim)  yang mengantarkan kita pada tujuan hidup, yakni memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun apalagi di akhirat. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui, mempelajari tentang pedoman atau panduan jalan dengan menaati semua rambu-rambunya.

Ketiga, shalat, ibadah, pengurbanan, hidup dan mati itu lillah ketika kita berhasil mengukuhkan sikap bahwa hidup dengan segala karunianya (harta tahta dan keluarga)  sema-mata untuk Allah, menggapai ridha Allah. Harta yang Allah titipkan, tentu kita syukuri dengan kita tasarufkan, belanjakan sesuai dengan ketentuan syariatNya. Tahta yang kita emban juga memvasilitasi kita untuk untuk ladang amal seperti misalnya digunakan untuk berbagi kemaslahatan. Keluarga juga menjadi ladang amal untuk saling ingatkan tentang sabar dan takwa.

Begitulah wujud keberislaman - penyerahan totalitas kepribadian -  kita kepada Allah sebagaimana maksud shalat itu sendiri. Hal ini terus diingatkan dan kita baca saban hari, setiap shalat dalam doa iftitah kita. Maka langkah konkretnya sekarang mari segera bangun tidur untuk menjemput karunia Allah ta'ala. Pastikan segera ambil air sembahyang; shalat malam - kita ulang-ulang kesaksian bahwa shalat, ibadah, pengurbanan, hidup dan mati kita lillah -, dzikir, tilawah Qur'an,  bermunajat kepada Allah memohon ampunan dan berharap agar Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita untuk dapat taat kepada Allah sehingga kita dapat merasakan bahagia demi bahagia hingga Allah menyempurnakannya saat kita di sisiNya. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama