Muhasabah 20 Rajab 1444
Shalat: Puncak Pengabdian
Saudaraku, kini bahasan tentang kaifiyat shalat telah sampai pada rukun sujud. Sujud dilakukan dengan menjauhkan kedua tangan atau siku dari lambung, meletakkan kedua telapak tangan ke tanah sejajar dengan telinga atau bahu, kemudian merapatkan jari-jari dengan mengarahkan ke kiblat, kedua ujung kaki menjejak tanah, kedua lutut dan dahi rapat dengan tanah seraya memuji Allah Subhaana rabbiyal a'la wa bi hamdihi.(Maha suci Allah yang maha tinggi serta memujilah aku kepadanya).
Dari Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh tulang: di atas dahi, beliau mengisyaratkan ke atas hidung, dua tangan, dua lutut, dan ujung-ujung dua telapak kaki. Dan kami tidak menghalangi atau melipat baju dan rambut saat shalat." (HR Muslim).
Dengan merapatkan hampir seluruh bagian fital dari lahiriyah diri manusia ke tanah, kita di antaranya menyatakan bahwa seluruh eksistensi diri hanya kita persembahkan untuk Allah.
Wajah yang dalam keseharian hidupnya menjadi penanda kemuliaan, ketampanan, atau kecantikan dan identitas diri kita tunduksungkurkan dipersembahkan kepada Allah dengan merapatkannya dengan tanah. Hal ini sekaligus untuk menyatakan bahwa semua ini tidak ada apa-apanya di altar kemahabesaran Allah. Oleh karenanya, juga sebagai simbol kerendahhatian, makhluk maha kecil sehingga tidak ada yang pantas didongakkan; baik kepala dengan seluruh kemampuannya (berfikir, berimajinasi, berkontemplasi, berfantasi, mengkhayal dll) maupun kelebihan yang ada padanya.
Kedua telapak tangan yang selama ini digunakan untuk memegang tahta, mengkreasi dunia dan mengendalikannya, kini kita lepas semua, kita buka dan kita rapatkan ke tanah. Hal ini sekaligus untuk mengingatkan tentang asal muasal dan kembalinya apapun yang kita miliki.
Kedua lutut yang selama ini sangat kokoh menopang kehidupan keseharian setiap kita, kini kita ratakan ke tanah yang mengingatkan bahwa suatu saat kita bukan siapa-siapa lagi dan kita tidak bisa apa-apa lagi. Ya saatnya lutut dan sekujur tubuh kembali ke tanah.
Kedua ujung kaki yang selama ini menopang seluruh aktivitas keseharian setiap diri, kini kita rapatkan dengan tanah yang sebentar lagi akan menjadi tempat akhir 'tuk kembali.
Semua ini oleh Prof Nasaruddin Umar dengan mengutip makna sujud bagi Ali bin Abu Thalib menyatakan bahwa sujud mengingatkan asal muaasal dan tempat kembalinya segala sesuatu. Saat ditanya tentang makna sujud, Ali menjawab, sujud pertama artinya: Allahumma innaka minha khalaqtana (Ya Allah sesungguhnya Engkau menciptakan kami dari tanah). Makna bangkit dari sujud ialah: Wa minha akhrajtana (Dan daripadanya Engkau mengeluarkan kami). Makna sujud kedua ialah: Wa ilaina tu'iduna (Dan kepadanya Engkau akan mengembalikan kami). Bangkit dari sujud kedua maknanya: Wa minha takhrujna taratan ukra (Dan daripadanya Engkau akan membangkitkan lagi).
Jadi sujud mengingatkan bahwa semua kita berasal dari tanah. Dari tanah diciptakan dan tumbuh menjadi makhluk hidup yang diberi kepercayaan sebagai khalifah di bumi dengan segala aktivitasnya. Meski demikian, setiap manusia mempunyai ajal dan pada akhirnya juga ia kembali ke tanah, masuk ke liang lahat, dan kembali menjadi tanah.
Dengan demikian saat-saat sujud merupakan momen taqarrub bermuraqabah sehingga menambah kedekatan hamba ke atas Allah Rabbuna. Inilah mengapa sujud itu sekaligus merupakan puncak pengabdian hamba ke atas Allah ta'ala. Semoga
Tags:
Muhasabah Harian
Kesadaran seperti ini harus kita hadirkan dalam shalat kita....jangan sampai raga sholat tapi hati dan pikiran masih menghamba ke dunia. Good reflection
BalasHapus