Shalat: Media "Istirahat"

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 20 Rajab 1444

Shalat: Media "Istirahat"
Saudaraku, bila posisi berdiri menempati porsi terlama saat shalat, maka berikutnya adalah duduk. Tetapi hebatnya saat shalat, mengambil posisi duduk menjadi lebih sering ketimbang berdiri. Setidaknya ketika shalat, kita mengambil posisi duduk pada beberapa kesempatan, yakni duduk di antara dua sujud, duduk sejenak setelah bangkit dari sujud kedua untuk kemudian berdiri melanjutkan rekaat berikutnya, duduk pada tasyahud pertama, dan duduk pada tasyahud terakhir sampai salam.

Bila berdiri merupakan representasi dari kerja dan aktivitas perjalanan keseharian manusia, maka duduk lebih mewakili rileksasi dan pengistirahatan diri. Bila posisi dan gerakan shalat merupakan miniatur dari aktivitas hidup manusia, maka bisa dimengerti sejatinya manusia perlu berdiri; beraktivitas, bekerja, melakukan perjalanan lebih lama, tetapi juga dituntun untuk "duduk" rileks beristirahat pada saat-saat yang proporsional. Artinya kerja ya kerja, tapi rileks liburan itu perlu. Membumi berniaga dengan sesama itu ya, tapi melangit sowan ke haribaanNya juga wajib.

Di saat duduk bersimpuh di altar kebesaran Ilahi Rabby, sembari melakukan pengistirahatan diri kita memuji dan memohon segala kebaikan. Misalnya, saat duduk di antara dua sujud yang oleh syariat dikenal sebagai duduk iftirasy,  duduk dengan melipat kaki kanan ke belakang dengan tapak kaki ditegakkan dan jari ditekuk ke lantai, kemudian duduk di kaki kiri tanpa menekuk jari, posisi telapak tangan dibuka dan diletakkan di atas paha dengan menyamakan ujungnya dengan lutut, kita memuji dan memohon Rabbighfirlii (ya Allah ampunilah aku), warhamnii (dan kasihilah aku), wajburnii (dan cukupilah aku), warfa’nii (dan tinggikanlah derajatku), warzuqnii (dan berilah aku rezeki) wahdinii (dan tunjukilah aku), wa’aafinii (dan sehatkanlah aku), wa’fu’annii (dan maafkanlah aku).

Delapan permohonan saat duduk di antara dua sujud ini saja rasanya sudah lebih dari cukup untuk hidup bahagia bila diijabah oleh Allah ta'ala. Hanya saja saat lisan membacanya apakah benar-benar hadir hatinya atau seolah berlangsung mekanik begitu saja. Membaca tapi hanya lisannya saja, kesadarannya entah ke mana?, makanya tahu-tahu sudah harus sujud. Demikian juga saat sujud, tahu-tahu sudah bangkit dengan sendirinya. Tahu-tahu sudah harus duduk lagi. Semua berjalan sangat-sangat mekanis jadinya.

Kemudian duduk di saat tasyahud awal kita juga memuji Allah dan memohon. Attahiyyaatu lillaahi washshalawaatu waththayyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh. Assalaamu’alainaa wa’ala ‘ibaadillaahi shshalihiin. Asyhadu anlaa ilaaha illallaah waasyhadu annamuhammadan ‘abduhu warasuuluh

Artinya: “Segala kehormatan, kebahagiaan dan kebagusan adalah kepunyaan Allah. Semoga keselamatan bagi Engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah. Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba Allah dan utusan-Nya

Dan duduk di saat tasyahud akhir kita juga memuji Allah dan memohon. "Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibatul lillaah, Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu’alainaa wa’alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah, Waasyhadu anna Muhammadar rasuulullaah.

Allahhumma shalli ‘alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad, kamaa shallaita 'alaa Ibraahim, wa 'alaa aali Ibraahim. Wabaarik ‘alaa Muhammad, wa 'alaa aali Muhammad, kamaa baarakta 'alaa Ibraahim, wa 'alaa aali Ibraahim. Fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid. Allaahumma innii a'uudzubika min 'adzaabi jahannama wamin 'adzaabil qabri wamin fitnatil mahyaa wamamaati wamin fitnatil masiihid dajjaal."

Artinya: "Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah, salam, rahmat, dan berkahNya kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam keselamatan semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang saleh-saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. 

“Ya Allah! Limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad. Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. 

“Di seluruh alam semesta, Engkaulah yang terpuji, dan Mahamulia. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahanam dan siksa kubur serta dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari kejahatan fitnahnya dajjal."

Sembari duduk rileks beristirahat, kita memuji Allah, berselawat ke Nabiyullah, dan memohon keberkahan hidup. Inilah duduk saat shalat secara lahiriyah merupakan representasi dari rileksasi dan pengistirahatan diri. Namun di samping itu shalat dinilai sebagai media istirahat, tentu harus dipahami secara lebih substantif. Ya, saat shalat, kita benar-benar istirahat dari rutinitas duniawiyah untuk sepenuhnya menuju ridha ilahiyah dengan sebenar-benar sowan kepadaNya. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama