Shalat: Natijah Israk Mikraj

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 26 Rajab 1444

Shalat: Natijah Israk Mikraj
Saudaraku, atas kemahasucianNya, Allah telah mengisrakmikrajkan Nabi Muhammad saw dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan ke sidratul muntaha lalu kembali lagi di Masjidil Haram hanya dalam semalam saja. Peristiwa ini terjadi pada malam tanggal 27 Rajab akhir periode Makkah, jelang hijrah. Terdapat banyak sekali peristiwa luar biasa yang dialami Nabi, tetapi inti dari Israk mikraj itu sendiri adalah titah shalat. Inilah mengapa shalat itu disabdakan oleh Nabi sebagai mikrajul mukminin. 

Dikatakan mikrajul mukminin, karena saat shalat, seorang hamba melakukan tarakhi atau naik melangit sowan beraudensi dengan Allah secara langsung. Dalam prosesnya, seorang hamba dapat bertaqarrub pada Allah, melakukan pengabdian, memujiNya, curhat kepadaNya dan memohon apapun kebutuhannya. Oleh karenanya, ketika shalat sejatinya seorang hamba melangit, tetapi kemudian agar tetap eksis dan memberi kemanfaatan di bumi. Jadi sowan melangit untuk eksis membumi.

Dalam bahasa agama yang sarat dengan pengalaman spiritual, maka israk mijraj sejatinya juga sebagai "wisata spiritual". Ya, di antaranya peristiwa israk mikraj itu sebagai wisata spiritual yang dijalani oleh Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu naik ke sidratul muntaha yang inti natijahnya dititahkanNya shalat. Dengan demikian sejatinya shalat itu juga dapat dinilai sebagai wisata spiritual hamba ke atas Allah Rabbuna. 

Dikatakan sebagai wisata spiritual, karena secara imani saat israk mikraj Nabi Muhammad saw diperjalankan atau diwisatakan dari Makkah al-Mukaramah di Madjidil Haram ke masjidil Aqsha di Palestina, kemudian dinaikkan ke Sidratul Muntaha. 

Israk mikraj dan juga shalat sebagai perolehannya sejatinya juga sebagai terapi ilahiyah. Karena dilatari oleh beragam problema dan kesedihan yang dialami Nabi, maka shalat - yang menjadi perolehan israk mikraj - juga dapat dinilai sebagai terapi ilahiyah atas semua masalah sebagaimanan dialami oleh Nabi.

Dengan demikian, karena perolehan israk mikraj adalah disyariatkanNya shalat fardhu lima kali sehari semalam bagi seorang muslim, maka shalat di antaranya juga sebagai terapi ilahiah umatnya atas segala masalah dan kesedihan.

Dikatakan sebagai terapi ilahiah, karena shalat sebagai perolehan israk mikraj yang dilatari oleh beragam problema dan kesedihan Nabi, maka shalat menjadi solusi dan penawar hati. Hal ini bisa dipahami, karena peristiwa israk mikraj sendiri dilatari oleh problem kenabian dan problem kemanusiaan. 

Secara kenabian, risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw ternyata ditolak mentah-mentah oleh orang-orang kafir Makkah dan hanya sedikit sekali yang mengimaninya meskipun Nabi sudah berdakwah lebih dari sepuluh tahun. Secara manusiawi, Nabi Muhammad saw juga mengalami masa-masa sedih ('amul huzni) atas wafatnya pamannda yaitu Abu Thalib dan istrinda yaitu Khadijah. Padahal keduanya berperan besar pada diri Nabi dan risalah yang diembannya.

Inilah di antara mukjizat atau keistimewaan israk mikraj. Kerena pwrolehannya adalah shalat, maka dengan selalu merengkuhnya, semoga shalat benar-benar sebagai mikrajul mukminin atau upaya melangit, wisata spiritual atau pencerahan diri dan terapi Ilahiyah bagi kita,  bila memiliki masalah, maka akan segera mendapati solusinya. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama