Shalat agar Eksis

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 25 Rajab 1444

Shalat agar Eksis
Saudaraku, di samping memvasiliasi diri untuk mengglobal sebagaimana diingatkan dalam muhasabah yang baru lalu, sejatinya shalat juga  mengajarkan untuk hadir. Bahkan benar-benar hadir atau  eksis namanya. Berarti shalat itu tanda bahwa kita eksis. Ya, eksis di dunia global dengan tidak tercerabut dari budaya lokal yang sudah terjaga kemaslahatannya. 

Karena globalisasi berlangsung sangat akseleratif, maka untuk eksis juga harus senantiasa mendapati momentumnya. Dengan demikian tuntunan shalat sejatinya menghendaki agar kita eksis dalam kondisi apapun dan perubahan apapun juga. 

Apalagi, bila kita perhatikan waktu-waktu penunaian shalat fardhu yang jelas berbeda-beda suasana dan auranya maka di antaranya Allah mengajarkan kepada orang-orang beriman supaya akrab dan berteman dengan perubahan dan eksis. Dengan demikian di segala perubahan, orang-orang Islam musti hadir, wajib eksis kontributif pada kemaslahatan. 

Shalat Dhuhur, misalnya,  ditunaikan mulai saat terjadinya perubahan suhu menuju ke panas sangat menyengat di siang hari. Ashar ditunaikan saat perubahan suasana ke tidak panas di sore hari. Magrib dikerjakan saat mulai adanya perubahan terang ke gelap di petang hari. Isya ditunaikan saat suasana benar-benar gelap di malam hari. Subuh dikerjakan ketika mulai fajar menyingsing pertanda ada perubahan dari gelap ke terang.

Inilah saat-saat dimana orang beriman musti menegakkan shalat sebagai "pinger" pernyataan diri yang menunjukkan bahwa dirinya masih eksis dalam segala perubahan dan kondisi. Kapanpun dan dalam kondisi apapun jua, orang-orang beriman akan senantiasa mengabdi Ilahi dan menjadi khalifahNya di muka bumi. Dengan demikian orang shalat adalah orang-orang yang bukan saja harus adaptif terhadap perubahan tetapi juga harus tetap eksis dan responsif menyongsong dan bahkan membuat perubahan ke arah yang lebih baik di masa kini dan depan.

Kini kita hidup di seperlima pertama milenium ketiga yang sarat dengan akselerasi ilmu pengetahuan dan teknologi di hampir semua sesi kehidupan, maka idealitasnya, tentu orang-orang Islam musti menjadi subyek dan agen perubahan; menjadi pemain bukan menjadi pihak yang dipermain-mainkan.

Nah, muhasabahnya! bila masih jauh panggang dari api, tentu hal ini harus menjadi agenda jamaah, sehingga bisa berbenah ke arah yang lebih maslahah. Bila kita telah menegakkan shalat, tetapi ternyata masih belum berbanding lurus dengan tuntutan eksistensi dan kualitas diri, maka muhasabahnya harus ditingkatkan; kualitas shalat juga musti diperbaiki. Semoga kita semua dianugrahi hati yang bisa memahami. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama