Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 3 Syakban 1444
Seimbang: Kiri Kanan?
Saudaraku, term atau ungkapan kiri dan kanan sejatinya awalnya merujuk pada makna tempat atau arah mata angin seperti halnya barat dan timur. Tetapi realitasnya keempat-empat term ini bisa bermakna ganda alias multi tafsir sesuai dengan konteks kalimat atau pembicaraannya.
Bila dikatakan bahwa "si fulan saat pergi ke sekolah atau ke tempat kerja selalu melitas di sebelah kiri dan yang mendahuluinya di sebelah kanan", maka kiri dan kanan dalam konteks ini bermakna tempat atau arah mata angin. Tetapi bila dikatakan bahwa "setelah belajar filsafat, si fulan sudah ke kiri-kirian atau ke barat-baratan". Nah, di sini istilah kiri atau barat di sini sudah bukan lagi bermakna tempat atau arah mata angin tetapi sudah bermakna paham atau gaya atau apalah yang ekstrem gitu. Sedangkan bila dikatakan bahwa "dalam hal ini si fulan berada di sebelah kiri atau kanan", maka kiri dan kanan di sini bisa bermakna ganda bergantung konteksnya secara keseluruhan.
Nah dalam konteks keseimbangan, antara kiri dan kanan secara proporsional tetap amat penting agar tak jomplang. Misalnya sayap pesawat terbang antara kiri dan kanan tentu harus seimbang tidak berat sebelah, agar bisa melesat cepat tidak oleng. Begitu juga yang lainnya. Tetapi hal yang lebih substantif keseimbangan antara kiri dan kanan, sejatinya sama dengan pertengahan atau moderat. Gerakannya disebut moderasi, yakni gerakan yang tidak keterlaluan memihak (ekstrem) ke kiri atau ekstrem ke kanan. Untuk maksud yang sama, secara jamaah umat Islam sering digunakan istilah ummatan wasathan, umat pertengahan.
Misalnya dalam persoalan takdir, ternyata dalam sejarah pemikiran Islam juga melahirkan ekstremitas, yakni firqah serba takdir yang cenderung diusung oleh kaum jabariyah dan ada ingkar takdir yang cenderung diusung oleh kaum qadariyah. Nah, dari dua ektremitas ini kemudian muncul firqah yang moderat. Di sinilah mayoritas umat Islam, yang kemudian dikenal dengan ahlussunah wal jamaah.
Dalam akhlak juga sering diingatkan agar kita menjadi orang-orang yang bersahaja. Maksudnya tidak usah mencolok atau keterlaluan, misalnya dalam berkata-kata, makan minum, berpakaian, berhias, berbelanja bahkan termasuk bersedekah atau "beribadah" sekalipun. Tentu, termasuk dalam bersikap; yakni jangan terlalu lembek tetapi juga jangan terlalu keras. Inilah sikap moderat dalam bersikap, namanya. Apalagi dalam beragama, berislam, moderasi sangat diorioritaskan dan digaungkan di mana-mana, termasuk di Kementerian Agama RI, bahkan juga negara. Sikap religiusitasnya sesuai dan mengikuti kelaziman yang makruf, sehingga rahmatan lil'alamin menjadi lebih nyata.
Nah, itulah istilah kiri kanan sudah dipahami ke ranah yang berbeda-beda. Juga lain halnya istilah kiri dan kanan ketika digunakan untuk maksud golongan yang nantinya di akhirat akan dikelompok-kelompokkan. Di satu sisi ada orang-orang yang masuk atau dimasukkan ke dalam golongan kiri (ashabul syimal) dan di sisi lain ada orang-orang yang masuk atau dimasukkan ke dalam golongan kanan (ashabul yamin). Dalam konteks ini firman Allah yang artinya golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu, dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. (Qs. Al-Waqiah 7-8)
Dan di ayat lain, termasuk saat menerima catatan amal dari sebelah kanan atau dengan tangan kanan dan yang lain dari sebelah kiri atau dengan tangan kiri. Allah berfirman yang artinya adapun orang-orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata. ”Ambillah, bacalah kitabku (ini). "Sesungguhnya aku yakin, bahwa aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan), "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Qs. Al-Haqqah 19-24)
Adapun sebaliknya, orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku daripadaku". (Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa" (QS. Al-Haqah 25-37)
Nah, inilah term kiri dan kanan menjadi sangat bermakna. Semoga kita bijak meresponinya. Aamiin ya Mujib al-Sailin