Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 5 Syakban 1444
Seimbang; Kecerdasan
Saudaraku, sebagai makhluk ganda, manusia terdiri dari unsur jasmani dan ruhani, sehat wal afiat, maka kecerdasannya juga musti ganda dan seimbang. Ya seimbang antara kecerdasan lahir dan kecerdasan batin. Ini sangat penting. Karena keseimbangan kecerdasan lahir batin akan memengaruhi totalitas kepribadiannya sempurna.
Keseinbangan kecerdasan lahir batin ini meliputi cerdas fisik, cerdas akal pikiran, cerdas perasaan, dan cerdas hatinya. Dengan perincian yang agak banyak Gardner menyebutnya dengan multiple inteligence (kecerdasan ganda). Namun di sini untuk menyebut keseimbangan kecerdasan yang totalitas atau kecedasan holistik, sudah memadahi dengan empat ranah, yaitu cerdas fisik, cerdas akal, cerdas perasaan, dan cerdas hatinya.
Pertama, kecerdasan fisik lazimnya mewujud pada diri yang sehat, bugar, rupawan, tampan/cantik, semampai, seimbang, menawan, menarik, rapi, pakaiannya islami juga serasi dan terampil. Dalam dunia pendidikan kecerdasan fisik ini dikenal dengan kecerdasan kinestetik (KK). Bagi kita-kita yang meskipun usia terus semakin menua, namun KK mestinya dipertahankan selagi mungkin untuk meraih bahagia.
Untuk memiliki KK yang baik, terstandar dan berkualitas, maka dihajadkan ikhtiar yang memadahi. Untuk ranah ini dapat dilakukan dengan olah raga atau olah fisik secara proporsional profesional dan istiqamah, mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, halalan thayyiban dan tidak israf atau tidak berlebih-lebihan (kira-kira mengonsumsi 2/3 air juga buah-buahan, 1/3 karbohidrat) dan membiasakan puasa.
Di samping itu agar KK tetap terjaga, masing-masing diri musti berusaha untuk tidak menelantarkan fisik/badan, apalagi menciderai atau melukai, merusak, merubah atau membunuh dirinya sendiri atau orang lain. Tentu, juga tidak usah membuat atau dibuatkan tatto pada tangan atau anggota badan lainnya karena melukai diri; tidak merokok karena dapat mengganggu kesehatan (ingat iklannya bahwa para perokok tidak pernah tua! Mengapa? karena mereka mati muda), menjauhi meminum khamar dan sejenisnya karena dapat merusak diri dan seterusnya. Intinya fisik, musti dijaga dan dirawat agar dapat mengabdi pada Ilahi secara lebih maksimal.
Kedua, kecerdasan akal biasanya mewujud pada pribadi yang cakap, pintar, genius, intelek, dan memiliki kemandirian dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam dunia pendidikan kecerdasan akal ini dikenal dengan kecerdasan intelektual (KI).
Nah, agar memiliki KI yang mumpuni maka kita dapat melakukan olah pikir, belajar, mengajar, kuliah, Proses Belajar Mengajar, diskusi, membaca buku-buku/literatur/kitab suci, tafakkur alam, tadabbur al-Qur'an, merenung berfilsafat dan memikirkan segala ciptaan Allah di atas bumi ini.
Di samping itu, kita tidak boleh menelantarkan akal pikiran, apalagi merusaknya dengan mengomsumsi rokok, ganja, zat-adiktif lainnya, khamar, dan segala yang membahayakan akal pikiran.
Ketiga, kecerdasan perasaan lazimnya mewujud pada halusnya budi pekerti, care, peduli, sensitif, apresiatif, pembangun silatuhim, berjiwa sosial yang senantiasa bisa merasakan apa yang dialami oleh sesamanya. Dalam dunia pendidikan kecerdasan perasaan ini dikenal dengan kecerdasan (sosial) emosional (KE).
Nah agar memiliki KE yang standar berkualitas, maka kita dapat melakukan olah rasa mengasah jiwa, berkomunikasi dengan sesamanya dan memahami keadaannya, berinteraksi sosial yang bermartabat, dan bermasyarakat yang berkeadaban.
Keempat, kecerdasan hati lazimnya mewujud pada figur uswatun hasanah, beriman kepada Allah, beramal shalih, bertakwa, sabar, qanaah, 'iffah, wara' dan memeluk akhlaqul karimah lainnya. Dalam dunia pendidikan kecerdasan hati ini dikenal dengan kecerdasan spiritual (KS).
Nah agar memiliki KS yang standar berkualitas, maka kita dapat melakukan dengan olah hati, olah batin, meningkatkan iman dan ketakwaan, tilawah al-Qur'an, memberi/ mendengarkan tausiyah, dan beramal shalih.
Seiring dengan berjalannya kehidupan seringkali peningkatan kecerdasan itu tidak kita sadari, tetapi dengan proses, usaha dan doa yang kita lakukan, sudah semestinya ia menjadi energi positif yang pada gilirannya akan memengaruhi kecerdasannya yan holistik. Tentu, ikhtiar yang serasi seimbang sangat dihajatkan
Bila usahanya amat sporadis dengan mengutamakan yang satu atas lainnya sehingga ada yang terlantar, maka dikhawatirkan akan lahir generasi yang berkepribadian pecah berantakan (split personality) nantinya. Oleh karenanya mestinya kita saling asah asih asuh fisik, akal, perasaan dan hati kita sehingga meraih kecerdasan sempurna. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhadabah Harian