Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 6 Rajab 1444
Shalat Indah dan Tantangannya
Saudaraku, untuk berhasil menunaikan shalat yang indah tentu tidak mudah malah sarat tantangan, tetapi bukan tidak mungkin untuk kita kukuhkan dalam sikap keberagaman kita secara praktis. Oleh karena itu justru dengan adanya tantangan untuk bisa shalat yang indah, maka kita berusaha untuk sungguh-sungguh. Ya sungguh-sungguh shalat, shalat yang sungguh-sungguh.
Mengapa kita harus mensyukuri adanya tantangan untuk shalat yang indah? Karena di situlah di antaranya letak kebermaknaannya. Shalat yang indah adalah shalat yang sarat makna apalagi mampu memanage tantangannya. Mari kita selami tantangan dan keindahannya!
Pertama, tantangan kehidupan yang materialistik hedonistik. Yakni gaya hidup yang orientasi dan ukuran keberhasilannya pada materi, kemewahan harta benda, tahta dan kehidupan yang glamour. Di era gaya hidup dan kehidupan yang cenderung materialistik hedonistik seperti saat-saat ini adalah jihad atau kesungguhan berjuang menjadi sangat penting dilakukan, termasuk sungguh-sungguh dalam shalat. Dengan shalat yang sungguh-sungguh akan mencegah sifat materialistik hedonistik. Bagaimana logikanya?
Nah, saat beranjak shalat, kita mesti sungguh-sunguh berniat shalat mengosongkan hati dari hal-hal yang bersifat keduniawian untuk fokus mengorientasikan hati hanya pada Allah saja. Sekitar sepuluhan menit setiap shalat fardhu lima kali sehari semalam kita dilatih dibiasakan untuk membesarkan Allah dan selainNya kecil. Dengan harapan dalam kehidupan sehari-hari, Allah tetap Yang Maha Besar, selainNya kecil, harta kecil, tahta kecil, wanita/keluarga juga kecil, hidup di dunia kecil, dan problema hidup juga kecil. Allahu akbar
Bila shalat menjadi instrumen untuk meneguhkan keyakinan bahwa Allah yang maha besar, maka pada saatnya pertolongan Allah pasti selalu datang kepada hamba-hambaNya. Allah berfirman yang artinya, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Qs. Al-Baqarah 45-46)
Kedua, tantangan kesibukan. Rutinitas dan kesibukan hari-hari kini benar-benar telah menyita perhatian hampir semua manusia. Sebagian besar manusia menjalani hari-hari dengan agenda demi agenda, aktivitas demi aktivitas, rapat yang satu ke rapat lainnya, pertemuan demi pertemuan, pergi ke berbagai-bagai tempat bergiliran sambung menyambung, menghadiri kenduri demi kenduri, antar jemput sibuah hati ke lembaga-lembaga pendidikannya dan seterusnya dan seterusnya. Dari bangun tidur di pagi hari sudah disibukkan dengan kegiatan demi kegiatan sehingga tak terasa sudah senja, bahkan bersambung malam hari masih bekerja
Dalam ragam rutinitas yang menyibukkan tersebut, shalat berpotensi dan dijadikan sebagai selingan saja di antara kesibukan yang ada. Ia tidak lagi menjadi inti. Jadi untuk (beraudensi dengan) Allah, hanya sisa-sisa waktu yang tersedia Makanya pelaksanaannya bisa diundur-undur dan disesuaikan dengan agenda kerja lainnya, sehingga tidak jarang ditunaikan dengan "kilat khusus" bahkan di ujung waktu yang disediakan. Alasan tambahannya karena sudah hafal. Allah mengingatkan dalam firmanNya, yang artinya Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. (Qs. Al-Ma'un 4-6).
Ketiga, tantangan perilaku lagha. Ironinya, orang yang merugi tidak hanya menimpa pada orang-orang yang benar-benar sibuk sehingga melalai-kalaikan shalatnya, tetapi juga pada selainnya, yaitu orang-orang yang bersikap lagha. Orang-orang yang suka menghabiskan waktu-waktu terbaiknya dengan hal-hal yang tidak berguna. Seharian tidur-tiduran, melamun malas-malasan, atau menghabiskan waktu di kafe-kafe, atau di kedai kopi, bar-bar, duduk-duduk santai di pinggir-pinggir jalan, atau perbuatan lagha lainnya, sehingga tak sempat mengerjakan yang lainnya.
Ketika kita mampu menghadapi dan mengelola tantangan demi tantangan untuk kemudian memenangkan ketakwaannya, sehingga dapat meraih shalat yang indah, maka kita layak mensyukurinya. Mensyukurinya dapat dilakukan dengan hati, lisan, dan oerbuatan yang nyata.
Pertama, mensyukuri tantangan dengan memenangkan penunaian shalat yang indah, di hati dengan meyakini bahwa tantangan akan terus datang untuk mendewasakan sikap religiusitas kita. Semakin banyak dan besar tantangannya, maka semakin besar pula kebermaknaannya ketika dapat mengelolanya.
Kedua, mensyukuri tantangan dengan memenangkan penunaian shalat yang indah, dengan lisan seraya mengucapkan alhamdulillah Allah. Semoga Allah mengaruniai hati yang senantiasa istiqamah pada jalan yang diridhaiNya saja.
Ketiga, mensyukuri tantangan dengan memenangkan penunaian shalat yang indah dengan langkah konkret yaitu menjadikan shalat sebagai agenda utama dalam hidup dan kehidupan kita. Agenda lain harus kita sesuaikan dengan jadwal shalat, bukan sebaliknya. Dengan demikian yang bisa digeser, diundurkan dan disesuaikan adalah agenda lain selain shalat, seperti rapat, kuliah, proses belajar mengajar, pergi ke kondangan, olah raga atau lainnya. Allahu a'lam
Tags:
Muhasabah Harian