Shalat Indah dan Perolehannya

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 7 Rajab 1444

Shalat Indah dan Perolehannya
Saudaraku, bila tema yang baru lalu kita diingatkan tentang tantangan untuk shalat yang indah, maka tema muhasabah hari ini kita akan mengulangkaji tentang perolehan atau capaian shalat yang indah. 

Untuk ini, barangkali layak bagi kita bertanya pada diri sendiri. Setelah membaca tema ini, maka muhasabahnya setidaknya, apa yang sudah kita peroleh melalui shalat kita? atau apa capaian yang sudah dirasakan dari pengalaman praktik shalat selama ini? Tentu jawabannya sangat relatif dan beragam sesuai dengan pengalaman religiusitas masing-masing kita dan biarlah menjadi ranah personal yang sangat mempribadi hanya diri kita sendiri dan Allah yang mengetahuinya.

Pertama, secara praktis karena sesempurna shalat harus ditunaikan dalam kondisi sehat, bugar, kuat, bersih dan suci lahir batin, maka perolehan pertama adalah karunia sehat wal afiat, bersih, rapi, bugar dan penampilannya menawan. Tentang bersih lahir batin Nabi Muhammad saw bersabda yang artinya, Apa pendapat kalian, jika di depan pintu salah seorang dari kalian ada sungai (mengalir); dia mandi darinya lima kali dalam sehari, apakah tersisa kotoran darinya?” Para sahabat menjawab: “Tidak akan tertinggal kotoran sedikitpun”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Demikianlah shalat lima waktu, Allah menghapuskan dengannya kesalahan-kesalahan”.(Hr Bukhâri dan Muslim)

Lihatlah orang-orang yang shalat, niscaya akan jelas pada dirinya, di antaranya pakaiannya bersih, indah dan rapi, badannya sehat bugar terampil dan bersemangat, wajahnya teduh tapi memancarkan sinar, dan sikapnya bijak. Nah bagaimana diri kita? Bila belum juga, maka kini saatnya memulai dan sebaiknya tidak ditunda-tunda lagi.

Kedua, secara teoretis, karena shalat merupakan doa, rangkaian permohonan formal sistemik dari hamba ke atas Rabbnya, maka berarti perolehan shalat idealnya sama dengan perolehan doa, bahkan melebihi, yakni diijabah oleh Allah ta'ala. Makanya kita senantiasa dalam lindunganNya, sehat wa afiat, memperoleh rezeki bahkan yang tidak kita duga sebelumnya dan seterusnya. Bila masih ada permohonan yang belum dikabulkan oleh Allah, semoga hanya persoalan waktu saja atau sejatinya sudah diganti dengan karunia lainnya, kitanya saja yang tidak menyadarinya. Untuk ini kita mesti sabar dan tetap istiqamah sembari melakukan muhasabah.

Ketiga, karena dalam shalat, kita membaca ayat atau rangkaian doa-doa, sebagai bagian dari dzikrullah untuk mengingat Allah, maka harusnya dengan shalat kita memperoleh katentraman jiwa dan kedamaian hati. Allah jauh-jaih hari sudah menjanjikan dalam firmanNya yang artinya, (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs. Al-Ra'du 28)

Bukankah, saat shalat, kita menghadap "tiga kiblat", yaitu fisik lahiriyah kita menghadap ke Kakbah, pandangan mata menghadap tempat sujud, dan hati menghadap Allah ta'ala. Nah di sinilah saat-saat totalitas diri kita larut dalam sowan pada Allah, sehingga terasa pasrah, sumeleh, damai dan terasa nyata manisnya iman. Bagaimana dengan diri kita? Kalau belum merasakannya juga, maka saatnya kini kita memulai untuk bisa terus mengusahakannya, sampai benar-benar nyata kedamaiannya.

Keempat, terwujudnya kepribadian yang sempurna. Karena shalat menjadi barometer seseorang, maka totalitas kepribadiaannya menjadi nyata. Shalatnya seperti apa, maka seperti itulah aktivitas dan pekerjaan lainnya. Bila shalatnya indah, maka indahlah tutur kata, akal pikiran dan perilakunya.

Shalat yang indah adalah shalat yang berefek pada aktivitas di luar shalat. Di antara efek shalat adalah menjadi seorang yang tangguh dan terpelihara dari perilaku maksiat. Allah berfirman yang artinya, Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Ankabut 45)

Bila shalat belum berefek bagi tercegahnya kemaksiatan, maka kini saatnya memulai membuktikannya. Dan ketika telah merasakan hal-hal yang positif dan efektif dari penunaian shalat yang indah, maka kita layak mensyukurinya. Mensyukuri dengan meyakini bahwa janji Allah benar, bahwa orang shalat nyata kedamaiannya, terpelihara dari perilaku maksiat. Juga sering-sering mengucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Semoga Allah mengaruniakan hidayah dan inayahNya kepada kita agar mampu mengistiqamahi shalat indah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memperoleh keutamaannya. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama