Muhasabah 22 Jumadil Akhir 1444
Energi Salam
Saudaraku, energi berislam selalu mewujud dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Bila dalam muhasabah sebelumnya energi membaca, maka kini tentang salam. Secara sosiologis antropologis, saat bertemu antar saudara atau memulai pembicaraan kita dituntun untuk saling memberi salam dan ini sudah dinilai ibadah, lalu ramah bertegur sapa juga ibadah, apalagi berbagi senyum keceriaan dan hajat hidup lainnya.
Mengapa menebar, memberi atau mengucapkan salam antar saudara itu penting? Ya, karena di antaranya, salam itu identitas, doa sekaligus berbagi keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Pertama, salam itu identitas. Dengan mengucapkan salam assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakaatuhu, sejatinya sudah memperkenalkan kesejatian dirinya (baca keislaman atau bahkan keimanannya) yang secara sosiologis berikhtiar menempatkan dirinya dalam kebersamaan dengan sesamanya.
Kedua, salam itu doa. Dengan berbagi salam, berarti kita saling mendoakan satu sama lainnya. Mendoakan itu bermakna kita sedang berikhtiar menghubungkan diri kita sebagai hamba dengan Allah zat yang maha kuasa sekaligus mengundangNya untuk hadir dalam kehidupan ini, sehingga Allah senantiasa membersamai hidup kita.
Ketiga, salam itu berbagai keselamatan. Dengan memberi atau mengucapkan salam bermakna kita bukan saja memohon untuk keselamatan, berikhtiar di jalan keselamatan, tetapi juga berbagi atau bahkan menjamin keselamatan saudara dan sesamanya.
Keempat, salam itu berbagi kedamaian. Dengan berbagi salam kita sebagai orang Islam apalagi beriman harus hidup dengan berusaha memperoleh kedamaian, menikmati kedamaian dan menebarkan salam, menebarkan kedamaian kepada sebanyak-banyak pihak dalam kehidupan ini.
Kelima, salam itu berbagi kesejahteraan. Dengan berbagi salam, bukan saja betikhtiar dan menikmati kesejahteraan, tetapi juga memberi atau bahkan menjamin kesehahteraan saudara sesama kita.
Oleh karena itu tuntunannya bahwa memberi atau mengucapkan salam sebaiknya dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat memulai acara, ketika membuka pelajaran, ketika bertamu ke kediaman saudara, saat memulai menyapa atau ketika bertemu dengan sesama saudara, baik yang belum dikenal maupun apalagi yang sudah dikenal, baik kepada yang lebih tua, sebaya maupun apalagi kepada yang lebih muda utamanya anak-anak. Inilah di antara tatanan akhlak sosial dalam Islam.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ada seorang lelaki kepadanya Rasulullah saw, “Islam apakah yang paling baik itu?” Beliau menjawab, “Engkau memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang sudah dan belum engkau kenal.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 12 dan Muslim, no. 39]
Dari Abu ‘Umarah Al-Bara’ bin ‘Azib ra berkata, “Rasulullah saw memerintah kami dengan tujuh hal: (1) menjenguk orang yang sakit, (2) mengantarkan jenazah, (3) mendoakan orang yang bersin, (4) membantu yang lemah, (5) menolong yang dizalimi, (6) menyebarkan salam, (7) memenuhi sumpah.” (Muttafaqun ‘alaih. Lafazh ini adalah salah satu dari riwayat Bukhari) [HR. Bukhari, no. 1239 dan Muslim, no. 2066]
Dengan demikian, salam sejatinya hak setiap orang. Semoga kita mampu memenuhinya. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian