Energi Sabar

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 17 Jumadil Akhir 1444

Energi Sabar
Saudaraku, jangan mengira orang sabar itu lemah! Tidak, justru sebaliknya orang sabar itu adalah orang yang kuat perkasa. Dan jangan mengira orang sabar itu adalah orang biasa! Tidak, justru sebaliknya orang sabar itu adalah orang yang luar biasa. Oleh karenanya untuk sabar itu juga tidak mudah. Kalau hanya ngomong, burung beo pun bisa lebih fasih, "sabar" "sabar" "sabar" celotehnya. 

Ya untuk mampu sabar, praktiknya musti dilandasi oleh iman yang kuat terpatri di hati, ilmu dan kearifan yang tinggi serta praktik di kehidupan yang teruji. Oleh karenanya energi iman, energi ilmu dan kearifan serta energi akhlak mulia menyatu dalam sabar. Makanya menjadi sabar itu tidak instan. Oleh karena itu, energinya juga sangat dahsyat. Inilah latar muhasabah hari ini sehingga diracik di bawah judul energi sabar.

Secara internal, energi sabar mampu mengalahkan hawa nafsunya, sehingga diridhai dan dirahmati Ilahiy. Secara eksternal, sabar menjadikannya istikamah dalam ketaatan akan mengantarkan dirinya pada maqam mulia, baik dalam pandangan Allah maupun sesama.

Rasanya tidak akan ada kesuksesan tanpa diraih diikhtiari dengan sabar. Jadi sabar merupakan prinsip kesuksesan. Tidak akan ada kebahagiaan tanpa diraih diikhtiari dengan sabar. Jadi sabar merupakan wasilah kebahagiaan. Orang-orang bisa menjadi ini, menjadi itu, menjadi sebaik sekarang, menjadi sehebat sekarang, dan menjadi sesuksesan sekarang, sudah barang tentu diraih diikhtiari dengan sabar.

Coba lihat, untuk bisa menjadi seorang sarjana, tentu diperlukan ikhtiar, doa, "tetesan keringat dan air mata dirinya dan ayah ibu keluarganya" dalam masa yang relatif lama dan berliku. Harus menempuh pendidikan sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi yang bisa sekitar belasan bahkan duapuluhan tahun. Apalagi untuk menjadi sarjana yang "cumlaude" karir dan akhlaknya. Perlu sabar.

Demikian juga musti "memeluk erat" kesabaran dan keuletan untuk menjadi pembaca yang peduli, penulis yang istikamah, pedagang yang sukses, pengusaha yang tajir, kontraktor ulung, pejabat atau pimpinan di suatu instansi yang dicintai, dan seterusnya. Bahkan sabar juga saat akan menunaikan dan menyempurnakan keislaman kita berhaji ke tanah suci. Inilah prinsip keuksesan, wasilah kebahagiaan hidup.

Bila kesuksesan (baca kebahagiaan) sudah diraih di dunia ini, maka tentu akan memperoleh kesempurnaan kesuksesannya (baca kebahagiaannya) di akhirat kelak. Innallaha ma'a shabirin, sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama