Muhasabah Ayyam al-Bidh, Hari Putih Ke-2, 14 Jumadil Akhir 1444
Energi Puasa
Saudaraku, alhamdulillah sejak kemarin malam bulan purnama menyapa manusia kembali menyinari segenap makhluk di bumi. Saking terang dan putihnya sinar yang dipancarkannya sampai-sampai dalam tiga hari di pertengahan bulan qamariyah seperti ini dikenal sebagai ayyam al-bidh atau hati-hari putih. Oleh Nabi Muhammad saw, kita umatnya dianjurkan untuk mengerjakan puasa sunat Ayyam al-Bidh 13, 14 dan 15 setiap bulannya sebagai rasa syukur kepada Allah.
Ya puasa tengah bulan mengajarkan agar umat Islam meneguhkan prinsip keseimbangan, mengukuhkan nilai moderasi, menjadi ummatan wasathan agar merasakan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Bahkan prinsip keseimbangan itu senantiasa diingatkan; dalam durasi sepekan diingatkan dengan pelaksanaan puasa sunat Senin Kamis, dan dalam durasi tahunan diingatkan dengab puasa fardhu sebulan Ramadhan. Ya semua ini agar kita bisa hidup seimbang sepanjang masa; agar kita bisa tampil memeluk moderasi, tidak ekstrem; agar kita bisa hidup sebagai ummatan wasathan; seimbang bahagia dunia juga akhiratnya.
Lihatlah betapa dahsyat energi positif puasa memengaruhi sesiapun yang mengerjakannya. Nabi berpesan kepada para pemuda agar berpuasa bila belum mampu menikah, agar syahwatnya dirahmati oleh Ilahi Rabby. Dan ternyata dengan mengendalikan syahwat perut dari makan minum dapat menjadi energi positif sehingga mampu mengendalikan syahwat seksual.
Nabi berpesan, Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng)” HR. Al-Bukhari (no. 5066) & Muslim (no. 1402)
Dan, realitasnya bukan syahwat seksual saja yang mampu dikendalikan melalui ibadah puasa, bahkan juga dapat mengendalikan syahwatnya terhadap dunia.
Bila sudah berpuasa tapi masih rakus dunia, maka sebaiknya tetap berpuasa baik yang sunat apalagi yang wajib. Mengapa? Ya, orang sudah berpuasa saja masih rakus, apalagi tidak. Dan dengan berpuasa secara istiqamah, maka bisa jadi kelas puasanya dari kategori puasa belajar atau puasa minimal, puasanya orang awam akan naik kelas menjadi puasanya kelas khawas, atau bahkan suati saat bisa khawas al-khawas.
Lihatlah energi positif puasa bekerja, ia menjadi kendali atau rem yang sangat pakam mengendalikan hasrat dan keinginan terhadap kesenangan yang sesaat seraya sabar menanti kesenangan yang lebih abadi. Orang yang berpuasa menjadi orang-orang yang disiplin, jujur, sabar dan istiqamah. Semoga puasa kita hari-hari putih ini diridhai Ilahi, menjadi energi positif yang menuntun ke rasa bahagia. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian