Aktivasi Zuhud

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 24 Jumadil Akhir 1444

Aktivasi Zuhud
Saudaraku, ikhtiar hamba berikutnya yang juga dapat memvasilitasi menjemputnya rasa bahagia adalah zuhud. Namun demikian bila telah sampai pada maqam ini, kita musti ekstra hati-hati karena seringkali disalahpahami.

Ya ya, tidak mudah, memang, tetapi juga bukan hal yang mustahil. Karena sudah banyak sekali pengalaman spiritual seperti ini dialami dan dilakukan oleh kaum muslimin sebelumnya. Tinggal saja sesi riyadhah dan mujahadahnya ditingkatkan.

Bila wara’ sebagaimana telah diingatkan dalam muhasabah yang baru lalu dimaksudkan sebagai ikhtiar meninggalkan hal-hal yang dapat merugikan kehidupan akhirat, maka zuhud adalah meninggalkan apapun yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat.

Oleh karena itu zuhud bukanlah meninggalkan kebahagiaan dunia, apalagi dunia ketika dapat memvasilitasi diri dalam menggapai ridha Ilahi. Berarti penting rasanya, kita meraih dunia, tetapi tentu untuk sepenuhnya diabdikan bagi kepentingan ukhrawi yang kekal abadi. Karena dunia sepenuhnya diorientasikan untuk akhirat, maka urusan dunia seolah tidak ada atau setidaknya telah melebur dalam meraih akhiratnya. Memfanakan duniawi membaqakan ukhrawi.

Di sinilah titik penting sekaligus genting yang sering sekali menimbulkan gagal paham, sehingga muncul anggapan bahwa zuhud itu meninggalkan kebahagiaan dunia hanya mengejar kebahagiaan akhiratnya. Apalagi ditambah dengan logika bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara saja dan kehidupan akhirat kekal abadi, maka terasa absah karenanya.

Padahal dalam iman Islam, misalnya dengan merujuk pada al-Qur'an 2:201, maka secara gamblang sudah jauh-jauh hari difirmankan bahwa tuntutan idealnya adalah hidup bahagia di dunia, bahagia di akhirat dan terhindar dari siksa neraka. 

Dengan demikian orang-orang yang hidupnya bahagia di akhirat adalah orang-orang yang telah mulai merasakan bahagia sejak sekarang selagi di dunia ini. Maka hendaknya kita bisa berbahagia bersama-sama sejak di dunia hingga kebahagiaan itu disempurnakan di akhirat kelak. 

Ya berbahagia ketika mampu mengorientasikan dunia untuk meraih akhirat; berbahagia hanya dengan mentaati Ilahi; berbahagia ketika mampu bersimpuh bermunat beraudensi denganNya; berbahagia ketika menyebut namaNya; berbahagia saat melihat sesamanya tertawa lega; berbahagia ketika hidup hanya di atas jalanNya; dan berbahagia hanya ketika  bisa bersatu bersama - keridhaan - Nya. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama