Muhasabah 27 Jumadil Awal 1444
Aktivasi Tawakal
Saudaraku, di samping taubat, wara', zuhud, faqir dan sabar, ikhtiar hamba berikutnya yang juga dapat memvasilitasi diri dalam menjemput rasa bahagia adalah tawakal.
Ya tawakal, kita berserah diri pada Allah. Inilah indahnya tuntunan Islam, ketika kesungguhan jihad, ijtihad dan mujahadah telah dilakukan, maka kita diingatkan betapa pentingnya tawakkal. Allah mendidik kita umatNya betapa pentingnya tawakal setelah usaha maksimal dilakukan; betapa signifikan pertolongan Tuhan atas etos kerja hambaNya yang telah dipertaruhkan. Tentu natijah atau suatu hasil tak kan pernah mengingkari proses yang telah dikukuhkan.
Secara meyakinkan bahwa hal atau ahwal (kondisi psikoogis) sebagai anugrah Allah akan senantiasa hadir menyongsong maqam (at) yang dilakukan hamba. Demikian pula halnya dengan tawakal. Oleh karena itu, ia merupakan bentuk totalitas penghambaan diri hamba selaku insani di haribaan Ilahi. Ia menjadi ikhtiar penting yang menjembatani keridhaan Allah.
Meski demikian, tawakal merupakan di antara bagian dari satu kesatuan yang sistemik, sehingga tidak bisa sempurna kecuali dengan seluruh komponen yang padu itu. Masing-masing menghajatkan satu atas lainnya, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan. Komponen ini meliputi ikhtiar yang sungguh-sungguh (jihad, ijtihad dan mujahadah), doa, tawakal, ridha, qanaah, sabar, syukur.
Contoh konkret bertawakal pada Allah adalah saat hendak keluar rumah bepergian. Tentu, diawali dengan niat suci beraktivitas untuk hari ini, menyiapkan seluruh hal ikhwal yang mendukung aktivitas bermakna yang akan dilakukannya, berkemas-kemas untuk memenuhinya, berdoa bismillahi tawakkaltu 'alallahi la haula wala quwwata illa billahil 'adhim, berhati-hati dan waspada, memenuhi hak jalan, memenuhi hak selaku hamba, mengerjakan aktivitas sesuai dengan tupoksinya, berdoa bermunajat pada Ilahi, menyerahkan sepenuhnya ending dari aitivitas bermakna yang dilakukannya, ridha dan husnudhan atas apapun keputusanNya, tetap sabar dalam ketatan kepadaNya.
Contoh lainnya saat berikhtiar menyelesaikan studi pada jenjang tertentu secara sungguh-sungguh, berniat yang tulus, takdhim ke orangtua juga guru, datang ke kelas-kelas pembelajaran, belajar yang rajin, ke perpustakaan, membaca buku-buku, menulis, berdoa bermunajat pada Allah agar mengabulkan doanya, menyerahkan sepenuhnya Allah, menerima apapun putusanNya, bahkan memadakannya, bersikap dan mensyukurinya.
Bertawakal ketika mencari nafkah, tentu dimulai dengan niat lillahi ta'ala, merdncanakan segala sesuatu dengan baik, beraktivitas yang baik-baik saja, aktif dan produktif membina relasi dengan sesama sebagai jejaring sosial, menjajaki berbagai kemungkinan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, berdoa bermunajat pada Allah, ridha atau lega hati dalam menerima segala putusanNya, dan sabar memenuhi jalanNya. Juga demikian halnya bertawakal saat ke mengejar cita-cita.
Semoga. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian