Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 22 Jumadil Awal 1444
Aktivasi Taubat
Saudaraku, dalam tradisi sufistik, maqam pembuka keshalihan seorang hamba sekaligus merupakan ikhtiar dalam menjemput rasa bahagia adalah taubat. Ya taubat dari keadaan menyebabkan lalai apalagi jauh dari Allah.
Pertama, maqam pembuka. Setidaknya sang hujjatul Islam, Imam al-Ghazali mengawali bahasan tentang tahapan dalam meniti jalan spiritual menuju Tuhan adalah dengan maqam taubat. Jadi taubat sebagai pembuka sebelum meniti maqamat berikutnya, yakni wara, zuhud, faqir, sabar, tawakal dan ridha.
Kedua, ikhtiar menjemput kebahagiaan. Dalam posisinya sebagai pembuka, taubat menjadi kunci bahagia. Mengapa? Karena, esensi taubat itu kembali yakni taba ilallah, kembali kepada jalan - ridha -Ilahi. Dan yang namanya kembali ia senantiasa menjadi asbab lahirnya kebahagiaan. Ya, tentu, bila hidup itu bagaikan di perantauan, maka setiap perantau pasti rindu pulang. Setiap orang senang bila pulang ke rumah, bahagia bila bisa kembali ke Ilahi.
Bila berjalan sudah terlalu jauh, apalagi tersesat, dan parahnya tidak disadarinya, bahkan tetap bangga karenanya, maka sulit sekali menemukan jalan pulang, tetapi tetap tersedia jalan pulang. Meskipun akan tetap ada pengingat dan penunjuk jalan, kesadaran internal dan hidayah menjadi keyword bagi jalannya untuk kembali. Ya kembali meniti jalan yang diridhai Ilahi.
Ikhtiar taba ilallah yang dilakukan secara intensif, akan berbanding lurus dengan kedekatan padaNya (muraqabatullah). Kedekatan pada Allah akan berbanding lurus dengan kebersamaan denganNya (ma'iyatullah). Muraqabatullah dan
ma'iyatullah akan berbanding lurus dengan kebahagiaan yang diraihnya. Semoga kita bahagia karenaNya. Aamiin ya Mujib al-Sailin.
Tags:
Muhasabah Harian