Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 21 Jumadil Awal 1444
Aktivasi Kesungguhan
Saudaraku, dalam tradisi sufistik, kebahagiaan yang kita rasakan itu dinamakan hal, jamaknya ahwal, sebagai kondisi psikologis anugrah Allah yang maha pemurah. Meskipun anugrah Allah tidak selamanya memerlukan sebab, tetapi dari ranah hamba, tentu dibutuhkan ikhtiar menjemputnya. Ikhtiar hamba dalam menyonsong hal (ahwal) dinamakan maqam. Dalam konteks ini, semakin sering dan intensifnya maqam yang dikukuhkan dan dicapai, maka akan semakin banyak merasakan kebahagiaan dimaksud.
Ikhtiar dalam menjemput karunia Allah musti dilakukan dengan kesungguhan ikhtiar (jahada, juhdun) hamba. Kesungguhan dimaksud tentu harus dilakukan dengan totalitas kepribadian, baik fisik, akal maupun hati.
Pertama, jihad. Kesungguhan dengan memaksimalkan kekuatan fisik dikenal dengan jihad. Jihad dapat dilakukan dengan laku lahir, beramal shalih. Beramal atau melakukan ketaatan kepada Allah dalam bentuk apa saja meski itu remeh temeh dan kecil, musti dilakukan secara sungguh-sungguh dan istikamah.
Kita, sebagai hambaNya benar-benar tidak mengetahui hal ikhwal amalan yang mana yang mendatangkan keridhaan Allah ta'ala, dan dengannya kemudian Allah menurunkan rasa bahagia (hal, ahwal) kepada kita. Jangan-jangan bukan disebabkan oleh amalan kita yang besar seperti shalat, termasuk tahajud atau dhuha, atau zakatnya melimpah, atau rajinnya berpuasa, haji atau umrah kita, tetapi justru disebabkan oleh amalan-amalan ringan seperti menyingkirkan duri (baca rintangan, batu, ranting kayu sampai mengamankan anak kucing) dari jalan atau memberi makanan pada anjing yang kelaparan. Oleh karenanya kita harus meneguhkan ketaatan hingga sekecil apapun ia, dan menjauhi kemaksiatan dan dosa sekecil apapun ia.
Kedua, ijtihad. Kesungguhan dalam mengoptimalkan potensi akal dikenal dengan ijtihad. Ijtihad dapat dilakukan dengan laku pikir merefleksi pada aktivitas belajar, berdiskusi, berpikir, berfilsafat, memecahkan masalah dan mencari solusi.
Ketiga, mujahadah. Kesungguhan yang mengintensifkan kekuatan hati dikenal dengan mujahadah. Mujahadah dapat dilakukan dengan laku batin, membersihkan dan mengasah hati dengan memperbanyak berdzikir, menyebut Allah, shalat tahajud, puasa.
Dengan demikian untuk menjemput rasa bahagia diperlukan kesungguhan laku lahir, laku pikir dan laku batin hamba, yang dengannya Allah menurunkan rasa bahagia sebagai kemahamurahanNya. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian