Shalat Itu Hadir

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3503
Jumat, 17 Rajab 1446

Shalat itu Hadir
Saudaraku, betapa ridha dan bahagianya orangtua, seorang ayah atau ibu ketika dalam kesehariannya merasakan kehadiran anak-anaknya, dan anak-anaknya senantiasa melayani, mengapresiasi, memuji atau menceritakan hal ikhwal dirinya, atau bahkan mengadu curhat atas apapun masalah dihadapi dan hajatnya. Begitu juga halnya seorang pendidik,  guru atau dosen atas kehadiran murid atau mahasiswanya di kelas-kelas pembelajarannya, sehingga interaksi, komunikasi dan relasinya semakin dekat dan kuat karenanya.

Ya, kehadiran pada saat perlu atau diperlukan itu amat penting, apalagi kehadirannya totalitas seluruh kepribadiiannya, tidak saja secara lahiriyah setor wajah untuk tatap muka saja, tetapi juga kehadiran aqliyah, bathiniyah dan segenap kesadarannya.

Begitulah ilustrasi manusiawi untuk menggambarkan betapa pentingnya hadir atau sowan di hadirat Allah ta'ala. Dan kehadiran hamba ke atas Allah Rabbuna ini idealnya tersimpul dalam shalat. Dengan demikian di samping meningkatkan produktivitas sebagaimana telah disampaikan dalam muhasabah yang baru lalu, shalat juga menunjukkan presensi dan kehadiran seorang hamba. Bukan saja kehadiran secara lahiriyah di atas sajadah di masjid atau di rumah Allah tetapi juga kehadiran aqliyah, bathiniyah dan segenap kesadaran hidupnya. Makanya disebutkan dalam riwayat bahwa shalat itu merupakan mikrajul mukmimin, proses "melangitnya hamba agar eksis di muka bumi". Jadi sowan atau hadir di haribaan Tuhan di Langit, untuk bisa hadir memberi manfaat bagi kehidupan di muka bumi.

Inilah ibadah mahdhah yang mengingatkan betapa pentingnya relasi, interaksi dan keterhubungan totalitas hamba pada Allah Rabbuna. Lahiriyahnya menghadap kiblat ke Baitullah. rumah Allah, pandangannya tertuju ke tempat sujud, akalnya fokus memikirkan apa yang tengah dibaca dan dilakukannya, serta kesadarannya sepenuh hati pada Ilahi Rabby. Okeh karenanya, sebelum shalat kita telah melakukan sesuci lahir batin; lahiriyahnya dengan air wudhuk, akalnya dengan kejernihan berpikir, dan hatinya berniat ikhlas seraya mensucikannya dari sombong, iri hati, rita, sum'ah, dengki, malas dan sifat tercela lainnya.

Ya, hadir itu berarti eksis atau ada. Di sini shalat memvasilitasi keberadaannya di dunia ini nyata dan hidup. Karena masih hidup, maka rahmat dan kasih sayang Allah selalu tercurah kepadanya. Jadi kalau tidak shalat berarti tidak hadir, adanya bisa dianggap tidak ada. Di samping itu hadir itu bermakna berkualitas. Mengapa? Ya, karena kehadiran yang terus menerus atau tetap eksis juga menandakan berkualitas. Shalat itu sendiri dikerjakan pada waktu-waktu tertentu dan terus menerus makanya bisa memvasilitasi tumbuh kembangnya pribadi yang berkualitas. Semoga


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama