Aktivasi Kebahagiaan

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 20 Jumadil Awal 1444

Aktivasi Kebahagiaan
Saudaraku, bila sikap qanaah sebagaimana telah diingatkan dalam muhasabah yang baru lalu, dapat dikukuhkan dalam kehidupan sejatinya sudah pasti akan mengantarkannya pada kebahagiaan. Ya, inilah natijah qanaah. 

Kebahagiaan itu sendiri merupakan nilai universal yang senantiasa diusahakan oleh setiap orang. Berikut ini menjadi di antara realitas sebagai argumen keuniversalannya. Pertama,  ternyata kebahagiaan dapat dirasakan oleh sesiapa saja di mana saja, yakni ketika bisa merengkuh qanaah dalam hidupnya. Ia tidak bergantung pada melimpahnya harta, tingginya tahta, banyaknya keluarga dan kolega, tetapi lebih kepada hatinya. Ya hatinya yang puas dengan karunia dari Rabbnya; hati yang tidak loba dengan dunia.

Kedua, realitasnya bukankah setiap orang memiliki hati, dan karena kebahagiaan itu hanya dirasakan di hati, maka setiap orang memiliki peluang yang sama dalam memperoleh kebahagiaan. Kuncinya, tinggal bagaimana masing-masing dalam mengelola hatinya. Di sinilah pentingnya managemen qalbu untuk meraih kebahagiaan itu.

Meski bisa dengan teori PDCA, Plan, Do, Check and Action, namun Lontuan dalam forum muhasabah ini izinkan mencoba menggunakan teori managemen yang lazim berlaku di dunia penjaminan mutu, yakni PPEPP, penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian dan peningkatan standar kemuliaan. 

Pertama, penetapan. Untuk meraih kebahagiaan, hal yang harus kita tetapkan di hati sebagai standar idealitasnya adalah iman (sebagai dimensi akidah), Islam (sebagai dimensi ibadah) dan ihsan (sebagsi dimensi akhlak).

Kedua, pelaksanaan. Dalam praktik kehidupan sudah semestinya kita harus merengkuh ketaatan atas ketiga standar kemuliaan di atas. Karena hanya dengan ketaatan, kita merasakan kebahagiaan  Ketiga aspek tersebut di atas musti mewarnai dan menjiwai seluruh aspek kehidupan, seperti sosial pendidikan, sosial ekonomi, hukum, sosial budaya, sosial kemasyarakatan, sosial politik dan aspek lainnya.

Pemenuhan standar keimanan kepada Allah akan melahirkan kebahagiaan.  Begitu juga iman pada malaikat, kitab suci, rasul, hari akhir dan qadha qadar. Pemenuhan standar shalat juga akan mendatangkan rasa bahagia. Bahkan yang melampauinya dengan mengistikamahi shalat tahajud (dan shalat sunah lainnya) akan memperoleh predikat maqama mahmuda, peringkat pribadi unggul. Pemenuhan standar ihsan juga mmelahirkan kebahagiaan 

Ketiga, evaluasi. Dalam praktiknya secara praktis dihajatkan evaluasi atau secara internal dikenal dengan muhasabah atas apapun yang telah kita lakukan dalam hidup ini. Tahapan ini dirasa sangat penting untuk mengevaluasi sudah seberapa ketercapaian tujuan hidup kita (rasa bahagia yang kita rasakan). Bila hanya dengan ketaatan kepada Allah via pemenuhan standar iman, Islam dan ihsan, kita merasakan kebahagiaan, maka muhasabahnya kebahagiaan itu sebanding dengan ketaatan. Artinya bila belum merasa bahagia dalam hidup ini, maka berarti perlu peningkatan ketaatan dimaksud.

Keempat, pengendalian. Hasil dari muhasabah yang telah kita lakukan baik skala harian, pekan, bulanan maupun tahunan, tentu harus diinternalisasi dan dicari solusi penyelesaiannya. Hal ini dilakukan agar kebahagiaan menjadi mealitas yang nyata.

Kelima, peningkatan. Bila ternyata pemenuhan standar iman, Islam dan ihsan, telah dilakukan dan kitapun merasakan kebahagiaan, maka tuntunannya tetap harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan sehingga Allah mengaruniakan tambahan kebahagiaan selanjutnya, bahkan sampai unlimited, dan tentu akan disempurnakan kebahagiaanya di akhirat kelak Semoga kita meraihnya. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama