Aktivasi Fana & Baqa

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 29 Jumadil Awal 1444

Aktivasi Fana & Baqa
Saudaraku, di samping taubat, wara', zuhud,  faqir, sabar, tawakal dan ridha, ikhtiar hamba berikutnya yang juga dapat memvasilitasi diri dalam menjemput rasa bahagia adalah fana dan baqa. Maqam ini dapat diaktivasi secara bertingkat, menstratifikasi dari yang lazim sampai ke tingkat yang sangat tinggi sehingga tak ada yang mengatasi lagi.

Pertama, fana. Secara umum, fana merujuk pada makna hilang atau lenyap. Maka dalam disiplin ilmu akhlak, fana bisa dipahami sebagai ikhtiar hamba dalam menghilangkan sifat-sifat yang tidak baik dalam dirinya. Dalam tahapan ini, setiap hamba musti berikhtiar memfanakan diri atau menghilangkan atau melebur kesombongan, keiridengkian, keujuban, kekikiran, kemalasan, kejumudan, kekafiran, kemunafikan, kefasikan, kejahiliyahan dan akhlak tercela lainnya. Proses ini juga disebut zerro mind procces atau mengosongkan atau ngenol.

Dalam tataran praktis, fana dapat mewujud pada sikap menghilangkan hasrat berbuat maksiat atau menjauhkan diri dari perilaku yang melanggar aturan, bahkan sampai pada perbuatan yang melalaikan. Orang beriman itu tidak sombong, jauh dari iri dengki, terhindar dari ujub, tidak kikir, tidak malas, tidak jumud, jauh dari kekafiran, terhindar dari kemunafikan, terhindar dari kefasikan, terhindar dari kejahiliyahan dan tidak terlibat dalam laku akhlak tercela lainnya.

Setingkat lebih tinggi, fana dipahami menghilangkan hal-hal yang berpotensi dapat memalingkan dirinya dari Allah. Bahkan lebih dari itu, fana juga dipraktikkan sebagai ikhtiar hamba dalam menghilangkan kesadaran terhadap dirinya agar dapat meneguhkan eksistensi Allah Rabbuna dalam kehidupannya.

Kedua, baqa. Karena baqa itu konsekuensi dari fana, maka maqam ini seperti setali mata uang. Ketika sudah mampu merengkuh maqam fana, atau berhasil menghilangkan sifat-sifat yang tidak baik dalam dirinya, maka ideal bersamanya adalah baqa, yakni peneguhan sifat-sifat baik padanya. Proses ini juga disebut mental building atau bahkan sampai total action.

Dalam tataran praktis, baqa dapat mewujud pada sikap peneguhan akhlaq al-karimah dalam seluruh aspek kehidupannya. Hal ini dapat dikakukan, karena di hatinya telah kosong dari sifat tercela dan yang sepenuhnya diisi atau ditetap atas hatinya sifat-sifat mulia. Oleh karena itu melalui tahapan ini, orang-orang beriman berperilaku religius, wara', zuhud,  faqir, sabar, tawakal, ridha, rendah hati, sopan, santun, peduli, penolong, pelindung, pemaaf, rajin, kreatif, produktif dan merengkuh akhlak terpuji lainnya.

Bila ikhtiar hamba dalam menghilangkan kesadaran terhadap dirinya (fana) telah dapat dilakukan, maka bersamanya hamba dapat meneguhkan kesadaran (baqa) terhadap Allah Rabbuna saja.

Secara sufistik, karena dalam diri setiap orang itu terdapat unsur nasut seperti sifat-sifat kemanusiaan dan unsur lahut seperti sifat-sifat - kemuliaan - Tuhan, maka ketika kesadaran terhadap unsur nasut nya sudah tidak ada lagi atau sudah fana, maka yang tetap atau yang ada hanya kesadaran terhadap unsur lahut nya.

Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama