Muhasabah 3 Dzulhijah 1443
Berbagi itu Penanda Takwa
Saudaraku, dalam Iman Islam, berbagi itu merupakan praktik baik atau akhlak mulia; akhlaknya nabi dan para aulia. Oleh karenanya sangat digalakkan, sehingga pengamalannya menjadi penanda ketaatan, terutama ketaatan pada Allah ta'ala. Inilah mengapa praktik berbagi itu menjadi penanda takwa bagi pemeluknya. Jadi orang yang bertakwa itu tampil, di antaranya menjadi pribadi yang gemar berbagi; berbagi materi juga immateri.
Terkait berbagi materi dapat dicermati pada firman Allah yang artinya Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs. Ali Imran 133-134)
Dalam normativitas yang makna terjemahnya tertera di atas di antaranya dapat dipahami bahwa orang bertakwa itu adalah orang-orang yang gemar berbagi yakni menafkahkan hartanya pada jalan Allah seperti untuk menafkahi keluarga, membiayai dakwah atau pendidikan bagi umat, membangun fasilitas umum, dan meringankan beban sesamanya. Orang-orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah dijanjikan ampunan dan kebahagiaan surga yang luasnya seluas bumi dan langit.
Karena berbagi itu berniaga dengan Allah, maka begitu dekatnya antara diri yang berbagi dan ampunan Allah, antara diri yang berbagi dan kebahagiaan, antara diri yang berbagi dan surga, antara diri yang berbagi dan ketakwaan, antara diri yang berbagi dan keimanan. Agar iman bertambah-tambah, agar ketakwaan kuat melembaga, agar ampunan diperoleh dengan mudah, agar surga nyata dan berkah, maka gemar berbagi menjadi solusi.
Dalam ayat lain Allah juga berfirman yang artinya Siapakah yang memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan.” (Qs. Al-Baqarah 245)
Karena berbagi itu berniaga dengan Allah, maka gambaran keberkahannya dapat dicermati pada firman Allah yang maknanya, "Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas karunia-Nya lagi maha mengetahui. (Qs. Al-Baqarah 261)
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian hartamu yang telah Allah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (Qs. Al-Hadid 7)
Ya dengan berbagi itu akan memberkahi, karena dengan berbagi itu menjadi energi yang menyemangati sehingga rezeki bisa bertambah melimpah, kekal nan abadi. Apapun karunia Ilahi yang dicurahkan Allah kepada kita, kemudian bisa diakses oleh seluas-luasnya dalam kehidupan hamba-hambaNya di muka bumi ini akan menjadi kekal, bahkan melimpah, bertambah-tambah, berkah dan memberkahi. Inilah rahasia dan keistimewaan ajaran Ilahi.
Berbagi hasilnya justru kekal, bertambah dan berkah. Harta ketika dizakati justru menjadi bertambah-tambah. Komoditi saat dishadaqahi justru menjadi melimpah. Tabungan dan deposito diinfaqi justru menjadi berlebih. Ternak diqurbani justru beranak pinak menjadi banyak. Ilmu diajarkan kepada sesamanya justru menjadi hikmah dan bertambah bijak.
Sebaliknya, segala sesuatu (makanan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, talenta, ilmu dan karunia lainnya) yang dinikmati sendiri hanya akan sesuai dengan niat peruntukannya, bahkan akan habis, usang dan menjadi tak bermakna sama sekali, apalagi tidak disyukuri.
Mengapa kita mesti berbagi? Ya. Karena berbagi itu sejatinya mensyukuri karuniaNya. Untuk ini kita dituntun menjaga keistiqamahan dalam ketaatan pada Allah sehingga bisa berbagi dengan ajeg (kontinue).
Di samping itu, juga harus disadari bahwa dalam hidup ini kita benar-benar tidak bisa sendiri. Untuk senyum sekalipun harus ada pihak lain, agar hidup berjalan tetap normal. Inilah sunnatullah dan karena alasan ini pula kita mestinya saling berbagi. Bisa jadi hari ini kita memberi manfaat dan kemaslahatan kepada orang lain, maka lain kali kita atau anak cucu kita pasti akan menerima manfaat dan kemaslahatan dari orang lain. Atau sebaliknya hari ini kita menerima, lain kali insyaallah memberi. Inilah indahnya ketakwaan yang mewujud dalam berbagi. Semoga kita termasuk orang-orang bertakwa. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian