Berbagi itu Tuntutan


Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 2 Dzulhijah 1443

Berbagi itu Tuntutan
Saudaraku, dalam syariat Islam bila ada seruan yang diulang-ulang dalam berbagai kesempatan, maka seruan itu pasti sangat penting untuk diindahkan. Akumulasi seruan pada ajaran yang sama, di.antaranya dapat menunjukkan pada tingkat perhatian Islam pada nilai ajaran dimaksud. Hal ini srkaligus juga untuk menunjukkan derajat tuntutannya kuat. 

Di antaranya adalah seruan berbagi; karena setidaknya terdapat 39 ayat di berbagai surat dalam al-Qur'an yang menyeru atau mengabarkan pentingnya berbagi.  Dan tentu, akan lebih banyak lagi ketika melengkapinya dengan menginventarisir hadits, riwayat yang disandarkan pada Nabi. Oleh karenanya, di samping sebagai fitrah, maka seruan berbagi juga menjadi tuntutan, tuntunan dan tatanan kehidupan.

Di antaranya Allah berfirman yang artinya, "Adapun orang-orang yang beriman dengan yang ghaib dan mendirikan sembahyang dan menginfakkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka". (Qs. Al-Baqarah 3).

Ajaran berbagi di sini disetarakan penyebutannya dengan beriman pada yang ghaib dan mendirikan shalat. Tentu ini punya hubungkait yang terjalin berkelindan satu dengan lainnya. Di antara ibrahnya menunjukkan bahwa tinggi rendahnya iman bisa dipengaruhi oleh atau memengaruhi praktik shalat dan pengamalan ajaran berbagi. Di samping tentu, iman itu menghendaki keseimbangan antara hablum minallah interaksi vertikal melalui shalat dan hablum minannas interaksi horisontal melalui ajaran berbagi.

Dalam ayat lain Allah berfirman yang artinya "Dan berinfaklah kamu (bersedekah atau nafakah) di jalan Allah dan janganlah kamu mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah kerana sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik" (Qs. Al-Baqarah 195).

Dalam normativitas ini, tuntutan berbagi disetarakan penyebutannya dengan larangan mencampakkan diri ke dalam kebinasaan. Artinya praktik dan pengamalan berbagi dapat menghindarkan diri dari kebinasaan. 

Dalam ayat lain Allah berfirman yang artinya "Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang mereka infakkan, Jawablah! Apa sahaja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui".(Qs. Al-Baqarah 215). 

Ya berbagi memang tidak sebatas materi, tetapi bisa dalam bentuk kebajikan apapun jua. P

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.  (Qs. Al-Baqarah 245).

Inilah ajaran berbagi, dimana sejatinya kita berniaga dengan Ilahi Rabbiy, meski secara kasat mata kita menyantuni sesama insani. Ya karena berniaga dengan Allah, maka keberuntungannya juga sangat-sangat menjanjikan,  baik di saat di dunia ini maupun di akhirat nanti.

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.(Qs. Al-Baqarah 254).

Dan berbagi itu musti membumi di sini, sekarang, saat kita hidup di dunia ini. Tentu tidak elok bila menunggu saat ajal dekat, agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. al-Baqarah 261-262)

Berbagi itu sejatinya melipatgandakan rezeki, bahkan bisa tanpa batas, unlimited bila Allah menghendaki. Kuncinya ikhlas lillahi ta'ala, tidak etis menyebut-nyebut pemberiannya, apalagi bermaksud menyakiti. 

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.(QS. al-Baqarah 263)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. al-Baqarah 264)

Maha benar Allah dengan segala firmanNya. Semoga kita dianugrahi kemampuan untuk ringan berbagi. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama