Berbagi Rasa Peduli

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 25 Dzulhijah 1443

Berbagi Rasa Peduli
Saudaraku, sebagai makhluk sosial, manusia umumnya menjalani hidup secara bersyarikat, berkelompok, bermasyarakat sampai berbangsa bernegara. Dalam praktiknya kemudian, manusia menjalin relasi, dan berkomunikasi, berinteraksi satu dengan lainnya untuk saling menopang kehidupan. Dari sinilah lahir norma sosial juga akhlak sosial yang tentu efektif mengikat civitas warganya. Untuk ini, maka setiap orang dituntun untuk peduli mempelajari dan menaati.

Di antara akhlak sosial yang senantiasa terjaga adalah kepedulian antara satu dengan sesamanya. Setiap orang mestinya memiliki keberpihakan untuk melibatkan diri secara aktif dan positif dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi pada sesama kita. Inilah orang-orang yang pandai tepo sliro memiliki kepedulian tinggi atas orang lain.

Kepedulian itu menghimpun setidaknya dua aktivitas diri, yakni hiasan hati dan aksi. Setiap orang bersedia terpanggil untuk peduli berbagi, melakukan sesuatu yang dapat memberi inspirasi, menyemangati, perubahan, mendatangkan kebaikan kepada sesamanya. 

Kepedulian yang menghiasi hati merefleksi dalam seluruh ranah dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Makanya dalam Islam, kita dinyatakan sebagai umat terbaik lantaran peduli dan berbagi. Allah berfirman yang artinya Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Qs. Ali Imran 110)

Mengapa menjadi umat terbaik? Ya karena orang-orangnya mau berbagi, suka saling memberi, gemar saling menasihati yakni menyuruh mengerjakan yang baik dan melarang perbuatan yang munkar, saling membantu dalam peningkatkan keimanan dan ketakwaan, saling memberi inspirasi, dan saling menguatkan.

Umat terbaik bisa tercipta bila berhimpun keluarga-keluarga pilihan. Dan keluarga pilihan bisa tercipta bila hadir pribadi-pribadi unggul yang berkualitas gemar menebar kemaslahatan dalam kehidupan. Inilah mengapa Nabi menyatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang berbagi kemanfaatan atas sesamanya.

Terdapat riwayat dari Jabir, Ia berkata: ”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Bermanfaat bagi sesamanya dapat mewujud pada kepedulian diri atas sesamanya. Karena berbagi rasa peduli, maka anugrah kebahagiaan menjadi semakin dekat. Oleh karenanya rasa bahagia dalam Islam, seyogyanya tidak hanya dinikmati sendiri, tetapi bagaimana para pihak seluas-luasnya kehidupan bisa turut meniknati. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama