Muhasabah 7 Dzulhijah 1443
Berbagi itu Panjang Umur
Saudaraku, mau panjang umur, sehat wal afiat, meluas ilmu dan hikmah, melimpah rezeki, dan berkah hidup, bukan? Tentu, nah di antara ikhtiarnya adalah dengan berbagi. Maka tema muhasabah hari ini kita mentafakuri dan mensyukuri bahwa di antara keberkahan berbagi adalah memperpanjang umur.
Landasan teologis normatifnya merujuk pada hadits, Nabi bersabda “Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su’ul khatimah), Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri.” (HR. Thabrani).
Logika tentang berbagi bisa memperpanjang umur bisa dipahami karena dengan berbagi akan menjema menjadi energi positif, di antaranya mendatangkan rasa puas, rasa bahagia terhindar dari stres dan hidup sejahtera bahagia. Kondisi yang membahagia seperti ini apalagi berkelanjutan, di antaranya menyediakan kemungkinan berumur panjang ketimbang hidup yang selalu diwarnai dengan hati yang susah, gelisah, stres yang mengakibatkan cepat tua dan berpotensi cepat meninggal dunia.
Bahkan tentang berbagi dapat memperpanjang umur telah dilakukan riset berulang kali oleh para ahli. Adalah Tim CNN Indonesia, dua tahun lalu melaporkan bahwa berbuat baik dengan berbagi ternyata dapat membuat panjang umur. Studi terbaru menganalisis terdapat hubungan yang logis antara murah hati dan berbagi kekayaan dengan harapan hidup atau lama usia seseorang.
Studi yang baru saja dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Science tersebut menemukan hubungan antara berbagi kekayaan dengan lamanya masa hidup seseorang. Penelitian ini mendefinisikan berbagi kekayaan meliputi uang, rumah, penghasilan, dan juga waktu antargenerasi seperti dari orang tua pada anak atau sebaliknya.
Bahkan berbagi kabar baik dengan istri atau suami di rumah sekalipun dapat memengaruhi kemungkinan panjang umur dan kualitas hidup yang baik. Sebuah studi dari Amerika Serikat menyebut berbagi kabar baik, terutama pada pasangan dan keluarga, benar-benar bisa membuat hidup lebih sehat dan berkualitas.
Coba bayangkan di saat kita sesampai di rumah, disambut dan kemudian bersama istri atau suami bisa berbagi, hanya memberi dan atau menerima kabar yang baik-baik saja (memperoleh keselamatan, naik pangkat/golongan/penghasilan, nilai akreditasi unggul, dll keluarga dan anak-anak di rumahpun dalam aktivitas bermakna masing-masing, rukun, saling menjaga, shalat berjamaah, rajin bantu orangtua, qurrata akyun) duuh alangkah bahagianya hidup ini. Bukankah yang kemudian terdengar hanya puji-pujian dan rasa syukur? alhamdulillah, subhanllah, Allahu akbar.
Seandainya ada kasus secara lahiriyah tidak terbukti memperpanjang umur, maka yakinlah secara substantif panjang umur dapat berupa keberkahan hidup. Seandainya panhang usianya 83 tahun (seribu bulan, lailatul qadar), tetapi karena amal ibadahnya banyak, berbaginya intensitasnya tinggi dan meluas samudra, maka volume hidupnya menjadi tak berbilang bukan?
Bila tak percaya mari kita kalkulasi; Panjangnya 83 × tinggi tak terkira × lebarnya seluas samudra coba ada berapa volume keberkahan hidupnya? Nah bukankah isi itu diperoleh dari panjang kali lebar kali tinggi? Naka dengan berbagi, niscaya isi (berkah dan panjang hidupnya) menjadi tak terkira, unlimited. Maka banyak orang shalih shalihah yang jasadnya sudah di liang lahat, tapi nama dan amalnya masih hidup dan disebut-sebut. Semoga kita bisa. Aamiin ya Mujib al-Sailin.
Tags:
Muhasabah Harian