Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Arafah 9 Dzulhijah 1443
Berbagi itu Mengikis Kesombongan
Saudaraku, muhasabah hari ini bertepatan dengan hari arafah 9 Dzulhijah kita yang tidak berhaji disunahkan puasa, maka upaya mengenali diri lebih intensif merupakan keniscayaan bagi diri yang berkeadaban dan berkemajuan.
Di tanah suci Makkah al-Mukaramah, saudara-saudara kita yang berhaji pada saatnya juga tengah wukuf di padang afarah untuk merenungi dan menemukan kesejatian diri di belantara semesta ini. Maka sesiapa saja yang dalam dirinya masih didapati sifat tercela termasuk kesombongan maka sekaranglah saatnya untuk menyadari, dan mentaubati ini semua, di antaranya dengan berkurban sembari berbagi. Karena di antara keberkahan berbagi samping bisa memperpanjang umur dan menjadi di antara sebabnya suatu saat kelak meninggalnya husnul khatimah, juga mengikis habis kesombongan yang masih tersisa.
Nabi saw bersabda “Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su’ul khatimah), Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri.” (HR. Thabrani).
Wasiat Nabi kita mesti hati-hati dan waspada, sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan orang. Sudah jelas Allah itu satu-satunya Rabb semesta alam, eh karena kesombongannya tak mengindahkan titahNya. Sudah diingatkan bahwa shalat dan berbagi itu keniscayaan sebagai tanda syukur hamba atas karunia tak terhingga dari Rabbuna, tetapi juga enggan melakukannya bahkan ingkar terhadapnya.
Sudah jelas-jelas salah, ketika sudah diingatkan dengan baik-baik, eh masih juga membantah. Sudah jelas bahwa berbagi itu ajaran yang kebenaran, tetapi tetap saja diingkarinya. Sudah tahu suadaranya sangat memerlukan bantuan, tetapi karena sikap meremehkannya, maka tetap saja enggan membantu. Inilah di antara bahaya dan dosa sosial atas kesombongannya, di samping bahaya dan dosa vertikal karena mengingkari titah Rabbnya.
Kalau iblis berlaku sombong karena tahu dirinya dicipta dari api unsur yang lebih tinggi daripada unsur tanah sebagai asal penciptaan manusia yang harus dihormatinya, tetapi manusia berlaku sombong justru karena tidak tahu diri, tidak berhadil mengenali dirinya.
Ya di antara penyebab utama kesombongan yang diidap oleh manusia adalah karena gagal paham terhadap dirinya. Oleh karenanya orang sombong itu perlu belajar lebih serius untuk mengenali diri. Perlu dipadang-arafahkan. Apalagi sekarang ini bertepatan dengan hari arafah, maka upaya mengenali diri menjadi lebih aktual. Bila sudah mengenali diri, maka dipastikan tahu diri. Dan pengetahuan tentang dirinya akan menghantarkan pada pengetahuan tentang Rabbnya, man 'arafa nafsahu faqad 'arafa Rabbahu".
Sekali lagi, berbagi pada sesama menjadi di antara asbab Allah menghilangkan kesombongan di dada. Tetapi kalau berbagi justru kesombongannya menjadi-jadi berarti berbagi untuk tebar pesona saja, tidak lillahi ta'ala.
Bagaimana memahami praktik berbagi dengan dihilangkannya kesombongan? Ya, bagi Allah mudah saja. Tetapi kita, juga tentu meyakini bahwa dengan berbagi bisa mendatangkan keridhaan Allah ta'ala, sehingga dengan keridhaanNya, Allah membersihkan hatin hamba-hambaNya dari sifat-sifat tercela.
Tentu, termasuk mencabut kesombongan yang masih tersisa. Maka dalam praktiknya, orang-orang yang suka berbagi itu tawadhuk, rendah hati, bisa merasa derita apa yang dirasakan oleh sesamanya. Di samping bisa merasa, semoga kita juga merasa bisa, lalu berbagi menggapai ridha Allaha ta'ala. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian