Sri Siyanta Harsa
Muhasabah 11 Dzulhijah 1443
Berbagi itu Ceria Bersama
Saudaraku, berbeda dengan filosofi ibadah puasa dimana kita belajar merasakan lapar dan dahaganya para fakir miskin papa, maka ibadah qurban dan berbagi kita belajar mengenyangkan mereka sebagaimana yang kita rasakan selama ini. Kita berqurban sembari berbagi daging kepada sesama agar semua bisa merasakan makan enak seperti keseharian kita.
Kita dituntun berbagi pakaian, agar orang-orang yang berpakaian kumuh atau kumal apalagi yang masih telanjang dapat berpakaian seperti yang kita berpakaian. Terkadang, karena saking banyak, mahal dan bagusnya pakaian yang kita beli, kini kita tidak tahu lagi pakaian yang mana, kapan dan di mana bisa kita kenakan kembali. Sementara di luar sana banyak sekali saudara kita yang kebingungan karena tidak ada baju, apalagi baru yang mau kenakan.
Kita dituntun berbagi atau menyediakan tempat hunian, agar orang-orang yang tunawisma dapat merasakan setidaknya bisa berlindung dari sengatan matahari dan dinginnya cuaca saat musim hujan. Di samping bisa menaungi anak-anak kecil mereka.
Kita dituntun berbagi nasihat, agar orang-orang yang sedang tidak ingat segera sadar; agar orang-orang yang senang melanggar syariat segera bertaubat mumpung belum sekarat. Siapa tahu dengan nasihat kita menjadi di antara asbab pertaubatannya.
Kita dituntun berbagi ilmu, agar orang-orang yang belajar dan haus akan pengetahuan mampu memperoleh pengajaran dan hikmah sehingga bisa beramal yang ilmiah, berilmu yang amaliah. Dan yang paling penting, dengan ilmunya juga dapat mengantarkan dirinya semakin dekat pada Allah Rabbuna.
Dengan demikian enak makan, makan enak, nyaman berpakaian, aman bertempat tinggal, sadar pada aturan dan hidup berbahagia merupakan hak bersama sehingga tidak etis dimonopoli sendiri. Semua ini menjadi tanggungjawab personal sekaligus sosial komunal kita bersama. Hal yang serupa dengan keluasan dan keserbanikmatan surga, maka tak elok rasanya jika hanya diri sendiri dan kelompoknya saja yang mengklaim layak menempati. Surga adalah hak bersama, sehingga ya ceria bersama.
Kita diingatkan oleh kisah pada masa junjungan Nabi. "Pada suatu kisah diceritakan bahwa ketika semua orang bergembira menyambut hari raya, namun ada seorang gadis kecil di sudut jalan Kota Madinah dengan pakaian lusuh. Dia seorang diri dan tampak menangis tersedu-sedu. Tatkala Rasulullah lewat di dekat gadis tersebut kemudian Dia melihat gadis itu, kemudian beliau menghampirinya. Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?, ujar Rasulullah.
Melihat anak tersebut menangis Rasulullah lalu mengajaknya bercakap-cakap mengapa engkau mengais wahai anakku? mengapa kau tidak bermain bersama teman-temanmu?
Anak gadis tersebut tidak mengetahui bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Rasulullah. Kemudian ia mengatakan bahwa wahai paman dulu aku memiliki ayah, kemudian ayahku pergi mengikuti peperangan bersama Rasulullah kemudian dia menjadi syahid. Rasulullah terus mendengarkan dengan seksama cerita sedih dari gadis tersebut.
Ibuku menikah lagi. Ia memakan harta warisanku, sepeninggalan ayah. Sedngkan ayah baruku mengusirku dari rumahku sendiri. Kini aku tak memiliki apapun. Makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Aku bukan siapa-siapa. Tetapi hari ini, aku melihat teman-teman sebayaku merayakan hari raya bersama ayah mereka. Perasaanku sangat sedih tanpa ayah. Untuk itulah aku menangis disini.
Mendengar kisah yang memilukan tersebut Rasulullah berkata Nak, Apakah kau sudi bila Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam menjadi ayahmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husein sebagai saudaramu, dan Fatimah sebagai saudarimu? tanya Rasulullah.
Mendengar tawaran tersebut anak itu langsung bergembira karena orang yang ada di depannya adalah Rasulullah yang sekarang telah menjadi ayah barunya, dan Aisyah telah menjadi ibunya, Hasan dan Husein telah menjadi saudaranya, dan Fatimah menjadi saudarinya.
Kemudian Rasulullah pun membawa anak angkatnya pulang, sesampainya di rumah ia pun dimandikan dan diberikan pakaian terbaik. Bukan hanya itu ia juga diberikan wangi-wangian dan diberi makan hingga kenyang.
Anak tersebut kembali keluar untuk bermain dengan teman-temannya dengan kegembiraan yang teramat sangat, lalu sahabatnya bertanya sebelum ini engkau menangis namun sekarang kau tampak sangat senang?
“Benar sahabatku. Tadinya aku lapar, tetapi lihatlah, sekarang Aku sudah kenyang. Dulunya aku berpakaian lusuh, tapi kini Rasulullah telah memberikan pakaian yang bagus untukku. Dulu memang aku ini yatim, tetapi sekarang aku memiliki keluarga yang sangat perhatian. Rasulullah ayahku, Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudaraku, Ali pamanku, dan Fatimah adalah saudariku. Dan sekarang aku merasa sangat senang.
Mendengar perkataan gadis tersebut sahabatnya tampak menginginkan nasib serupa. Aduh, seandainya ayah kita juga syahid pada peperangan itu sehingga kita juga diangkat sebagai anak oleh Rasulullah saw."
Semoga kita bisa terus berbagi kemaslahatan, sehingga kebahagiaan demi kebahagian dapat dirasakan. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian