Berbagi Ilmu

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 17 Dzulhijah 1443

Berbagi Ilmu
Saudaraku, perilaku yang didasari oleh iman dan pengilmuan atas nilai-nilai religiusitas menjelma menjadi akhlak mulia. Ia menghimpun niat ikhlas lillahi ta'ala, penguasaan ilmu, dan praktik pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya berbagi ilmu, pengamalan dan pengalaman yang dapat meningkatkan iman menjadi amat penting. Agar banyak pihak dapat mengambil ibrahnya.

Dalam konteks berbagi ilmu, Islam dengan gamblang menyatakan bahwa itu menjadi kewajiban setiap orang, meski tetap proporsional. Allah berfirman yang artinya Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Nahl 125)

Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (Qs. Al-Taubah 12

Oleh karena itu orang yang berbagi ilmu seberapapun kecilnya ilmu tersebut tetap diapresiasi.  Malah dalam sebuah riwayat setiap kita dituntun untuk berbagi ilmu walau satu ayat, meski satu tanda sekalipun. Dari Abdullah bin Amr ra  bahwa Nabi saw bersabda,
بَÙ„ِّغُوا عَÙ†ِّÙ‰ ÙˆَÙ„َÙˆْ آيَØ©ً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Ragam normativitas Islam di atas sekaligus telah memotivasi banyak generasi sejak dari para sahabat, bersambung generasi tabi'in, tabiit tabiin, lalu para ulama dari dulu hingga sekarang menjalankan peran dakwah dan pendidikan oleh antar generasi. Masing-masing mengambil peran dalam berbagi ilmu, berbagi pengamalan dan berbagi pengalaman. Islam sampai ke berbagai penjuru bumi, termasuk ke sini juga karena umatnya mau berbagi.

Dalam tataran praktis, untuk mengemban peran berbagi ilmu, tentu tidak harus menunggu "penuhnya  memori keilmuan" dalam diri kita, tetapi bisa saling berbagi seberapapun ilmu yang diketahui. Yang justru dengan itu Allah akan memudahkan untuk menguasai ilmu yang belum diketahuinya. Ibnu ‘Abbas ra berkata; Rasul saw bersabda; “Barang siapa yang berusaha mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan menunjukkan apa yang belum diketahuinya.”

Oleh karena itu secara etik, setiap diri akan semantiasa menyiapkan space dslam dirinya bagi ilmu baru atau hikmah lain yang datangnya bisa dari manapun juga. Sembari dengan itu, kita akan senantiasa berbagi ilmu yang sudah kita ketahui. Dengan cara inilah, di antaranya penguasaan suatu ilmu justru berkah dan berkembang.

Dan inilah, di antara ikhtiar agar ilmu yang sudah diketahui bisa langgeng bahkan berkembang, di samping harus diikat dengan ditulis dan diamalkan, juga idealnya  ya dishare atau dibagikan kepada sesamanya. Bila tidak, maka alternatifnya bila tidak lupa ya tidak berkembang.

Dan sebaliknya, adalah gagal paham bila ada yang mengatakan bahwa berbagi ilmu akan menyebabkan ilmunya habis. Demikian juga ketika berbagi ilmu lalu kawatir muncul saingan baru, seperti di dunia pencak silat yang gurunya tetap menyembunyikan ilmu atau jurus pamungkasnya.

Sekali lagi berbagi ilmu justru akan menjadi energi positif sampai Allah memudahkan penguasaan ilmu atau apapun yang belum diketahuinya. Apatah lagi dengan penguasaan ilmu dapat semakin mendekatkan diri pada Allah ta'ala. Maka berbagi ilmu akan memperoleh pahala kebaikan semisal pahala orang yang diajarkan. Semoga kita menjadi di antara yang mengambil peran mulia ini. Aamiin ya Mujib al-Sailin.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama