Fitrah Suka Enak

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 12 Zulkaidah 1443

Fitrah Suka Enak
Saudaraku, pada umumnya setiap orang cenderung pada hal-hal yang enak, yang mudah, yang cepat, yang lurus, yang lempang, dan yang menyenangkan. Sebaliknya setiap kita cenderung menghindari yang pahit, yang sulit, yang lamban, yang berliku, yang melenceng, dan yang menegangkan. Saya pikir ini bagian dari fitrah manusia, suka yang enak, suja kenikmatan. Oleh karenanya ujian di sekolah sekalipun, umumnya mulai dari yang mudah-mudah dulu lalu bertahab dan semakin meningkat skala kesulitannya.

Suka terhadap sesuatu yang enak itu bisa pada hal-hal yang bersifat fisik lahiriyah tetapi juga yang non fisik substantif. Suka makan enak, suka pakaian yang bersih dan baik mudah dipakai, mudah dicuci, mudah diseterika, suka rumah yang lapang tertata rapi, suka kendaraan yang bagus, suka kursi empuk, suka buku tabungan yang saldonya bertambah-tambah. Tetapi juga suka enak makan,  enak berpakaian, enak tinggal di rumah, enak berkendaraan, enak duduk. Di samping juga suka hidupnya berlangsung bahagia, suka kariernya mulus, suka berumur panjang tapi sehat wal afiat, suka ilmu dan hikmahnya meluas, suka suatu saat kelak meninggal dalam keadaan husnul khatimah.

Untuk mewujudkan idealitas enak, mudah dan nikmat dalam segala hal, tentu perlu ikhtiar dan doa. Dalam ranah ikhtiarpun, setiap orang suka ikhtiarnya enak, ikhtiarnya mudah dan enak berikhitar, mudah berikhtiar. Ya enak, mudah dan nikmat.

Karena enak itu persoalan rasa, dan rasa lebih ke ranah phikhisnya, maka Islam sangat memperhatikannya. Maka, Islam sebagai agama yang universal dan komprehensif menuntun kita umatnya agar idealitas enak, baik secara lahiriyah maupun substantif dapat dirasakan dan dinikmati sejak sekarang saat hidup di dunia ini hingga hidup di akhirat suatu saat nanti. Untuk mewujudkan ini, hanya terdapat satu sikap yang menjamin ketercapaiannya, yakni berislam secara totalitas. Berislam itu berserah diri kepada Allah ta'ala sepenuhnya dengan mengikuti petunjukNya.

Melalui petunjukNya yang tertera di Al-Qur'an dan Hadits, kita mengetahui makanan yang enak halal bergizi, dan bagaimana etika mengonsumsinya. Bila rambu-rambunya ini ditaati, maka balasannya di dunia berupa sehat wa afiat sehingga bukan saka makan enak tapi juga enak makan; bukan saja sisi eksternal yang enak, tetapi juga sisi internal diri kita.

Melalui wahyuNya, kita juga mengetahui bahwa rumah yang baik itu adalah rumah yang di dalamnya - di antaranya - diperdengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an oleh ahli baitnya secara istikamah. Dan kita juga mengetahui bahwa kediaman yang buruk itu bagaikan kuburan lantaran bacaan Qur'an tak pernah terdengar padanya.

Melalui RasulNya kita juga mengetahui bahwa pakaian terbaik itu adalah pakaian takwa. Allah berfirman yang artinya Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat. (Qs. Al-A'raf 26). Dengan pakaian takwa bukan saja memperoleh rasa nyaman dan aman, nikmat di dunia, tapi juga nikmat di akhiratnya.

Melalui risalahNya, kita mengetahui bahwa tabungan yang paling berharga adalah investasi yang keuntungannya dapat dirasakan mengalir sepanjang masa. Dari Abu Hurairah ra, Nabi bersabda
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh." (HR Muslim).

Dari Islam kita juga mengetahui bahwa kebahagiaan itu hanya saat bisa dirasakan ketika kita mampu mengabdikan diri pada Ilahi sembari mengelola bumi. Allah berfirman yang artinya Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.(Qs. Al-Dzariyat 56) dan Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi...(Qs. Al-Baqarah 30)

Melalui Islam, kita juga menyadari bahwa usia panjang itu bukan semata bergantung pada lama singkatnya kita hidup di dunia ini, tapi pada seberapa maslahat yang dapat terpahat di hati umat, seberapa mampu menebar kebajikan di atas bumi. Allah berfirman tang artinya Sesugguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS. Al Bayyinah: 6-8).

Melalui Islam kita juga mengetahui bahwa ilmu dan hikmah yang meluas itu ketika dengannya dapat memvasilitasi diri semakin taqarrub pada Ilahi, merasa dekat atau bahkan bersatu dengan (ridha) Allah ta'ala. Allah berfirman yang artinya Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun. (Qs. Al-Fathir 28.

Dan melalui din al-Islam kita juga menyadari bahwa husnul khatimah merupakan akhir yang baik, yang musti sambung menyambung dengan keseluruhan episode sebelumnya. Semoga pulang enak dan enak pulang; enak di dunia dan enak di akhiratnya. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama