Fitrah Suka Anak

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 9 Zulkaidah 1443

Fitrah Suka Anak
Saudaraku, di samping naluri bertuhankan Allah, Islam, suci, tak membawa dosa warisan, asli apa adanya, membawa potensi internal, baik dan cenderung pada kebaikan, menyukai lawan jenisnya, setiap diri juga lahir ke dunia ini dalam kondisi fitrah. Dalam hal ini, setelah menikah cenderung suka punya momongan.

Allah berfirman dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran 14)

Ya, melalui normativitas yang terjemahannya tertera di atas, di antaranya dipahami bahwa setiap orang memiliki fitrah menikah. Pasca pernikahan ketika bahtera keluarga mulai mengarungi luasnya samudera kehidupan, keinginan akan kehadiran anak adalah fitrah. Orang yang menikah, tapi tidak menginginkan anak, pasti ianya -  punya alasan untuk tidak menyebut - bermasalah, bila tidak dikatakan menyalahi di antara tujuan perkawinan.

Namun anugrah anak tetaplah menjadi misteri ketetapan Allah atas hamba-hambaNya. Ada keluarga baru yang mengetahui akan segera dianugrahi anak, tetapi juga ada yang sudah lama belum juga dikaruniai anak meskipun telah berusaha ke sana kemari. Oleh karena itu suami istri harus terus berdoa dan sabar dalam berikhtiar meraih keridhaanNya.

Ya, hadirnya anak-anak di tengah-tengah keluarga benar-benar didamba, karena kehadirannya bisa menambah perekat keluarga, menghidupkan suasana, membangkitkan semangat, dan membuat keluarga lebih bahagia. Tangisan bayi, canda tawa anak, mainan berhamburan, dan nyanyi-nyanyian indah merupakan suasana yang didamba oleh banyak keluarga. Semua ini lumrah.

Hebatnya Islam mengatur, fitrah punya anak menyertakan kewajiban dan tanggungjawab, di samping sebagai investasi masa depan. Oleh karenanya dalam iman Islam, di samping sebagai anugrah, anak sekaligus juga sebagai amanah. 

Dikatakan sebagai anugrah, karena kehadiran anak memvasilitasi sejuta harapan kebahagiaan digantungkan dan investasi masa depan atasnya. Bila cita cinta orangtuanya belum terealisasi seratus persen sesuai harapannya, maka dapat dilanjutkan oleh putra putri untuk mengusahakan kesempurnaannya. Misalnya dalam hal ibadah, atau dalam hal pendidikan, pekerjaan, kepemilikan dan cita-cita mulua lainnya. Di samping itu, pada anaklah tumpuhan doa jariyah meski orangtua telah di alam baka.
 
Dikatakan sebagai amanah karena anak adalah cerminan orangtuanya; bagaimana anak begitulah orangtuanya; bagaimana orangtualah begitulah anaknya. Oleh karena itu orangtua harus baik agar anaknya menjadi orang baik. Dan anak harus dididik dengan bijak agar menjadi wasilah bagi orangtuanya bahagia di surga. Aamiin ya Mujib al-Sailin

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama