Fitrah Sesempurna CiptaanNya

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Puncak Hari Putih, Purnama, 15 Zulkaidah 1443

Fitrah Sesempurna CiptaanNya
Saudaraku, sebagai seorang mukmin kita meyakini bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna di antara seluruh ciptaan Allah di seluruh alam semesta. Landasan teologis normatifnya, Allah berfirman yang artinya "sungguh Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, ahsani tawwim. (Qs. Al-Tin 4)

Ya, manusia itu dicipta oleh Allah dalam bentuk yang sebaik-baik ciptaanNya, bahkan sejak keberadaannya. Inilah asal kejadian atau fitrahnya manusia yang dicipta oleh Allah ta'ala.  Sedari di alam kandungan sudah ditiupkan ruh oleh Allah lengkap dengan seperangkat fitrah yang menyertainya. Dan sedari lahir sebagai bayi sudah lengkap dengan organ tubuhnya dan bentuknya, lalu menyempurna termasuk juga fungsinya pada perkembangan di masa-masa berikutnya.

Inilah latar tema muhasabah hari ini sehingga diracik di bawah judul fitrah sesempurna ciptaanNya. Apatah lagi tentang kesempurnaan ini bersesuaian dengan kondisi sejak semalam hari ini sebagai puncak purnama, 15 Zulkaidah 1443 yang cahayanya sesempurna ciptaanNya. Bertempatan dengannya, kita disunahkan puasa tiga hari sejak dua hari sebelumnya yang dikenal dengan puasa ayyamul bidh (hari-hari putih karena purnama), 13, 14 dan 15 Zulkaidah, juga pada setiap pertengahan bulan qamariyah lainnya, kecuali 13, bulan Dzulhijjah karena masih hari tasyrik.

Niatnya mudah, cukup di dalam hati ingin puasa ayyamul bidh. Adapun landasan normatifnya, Rasulullah saw bersabda,

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

“Puasa 3 hari di setiap bulannya seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari No. 1979)

Rasulullah saw bersabda tentang pelaksanaannya kepada Sahabat Abu Dzar. Rasulullah saw bersabda padanya,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

“Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa 3 hari di setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” HR. Tirmidzi No. 761 dan Al-Nasai No. 2425. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya hasan

Semoga kesempurnaan cahaya purnama hari ini menjadi ibrah bagi kita dalam menyukuri kesempurnaan fitrah diri sebagai ciptaanNya.
Manusia dengan kesempurnaan ciptaan sejak awal kejadiannya, layak memikul amanah sebagai khalifatu fil ardhi dalam kerangka memaksimalkan peran pengabdian kepada Allah Rabbuna. Peran yang hanya diemban oleh manusia, makhluk ciptaan Allah lainnya tak kuasa memikulnya, hatta mailakat sekalipun yang dikenal keserbataatannya.

Kesempurnan dan asal kejadian manusia setidaknya dapat dilihat dari ragam prespektif. Dari segi unsurnya pada setiap manusia berhimpun unsur fisik material jasadiyah seperti unsur tanah, air, api, dan udara, tetapi juga unsur phikhis yang bersifat ruhaniyah. Bila unsur jasadiyah melambangkan kelemahan dan kerendahan sebagai makhluk yang mesti berhajat pada Rabbnya, maka usur ruhaniyah melambangkan ketinggian akal budi untuk merengkuh cintaNya.

Secara fisik, kesempurnaan manusia sudah sejak mula menjadi nyata. Perhatikanlah susunan organ-organnya, juga tampilan, desain, formasi, tata letak dan postur tubuh, sedemikian seimbang, rapi, indah dan sistemik terjalin berkelindan antara satu dengan lainnya. Bila satu bermasalah, maka akan dirasa dan ditanggung oleh sekujur tubuhnya.

Secara phikhis, manusia dibekali akal dan hati. Dengan akalnya dapat berpikir, berkreasi, mencipta, mengembangkan ilmu dan hikmah hingga mampu menemukan Rabbnya dan dengan hatinya mampu berdzikir meraih kebahagiaan bersama Rabbnya.

Inilah kira-kira ilustrasi agar kesempurnaan dan keindahan akhlak dapat dipertahankan secara substantif sehingga tetap bermartabat di dunia apalagi di akhirat dan tidak terjerembab pada asfala saafilin. Aamiiin ya Mujib al-Saailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama