Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 28 Zulkaidah 1443
Fitrah Khitan
Saudaraku, seperti yang sudah lazim diketahui bahwa untuk aktivasi dan aktualisasi fitrah, maka sekecil apapun ikhtiar yang dilakukan adalah merupakan kemuliaan, bahkan keniscayaan bagi yang berkeadaban dan berkemajuan. Seperti untuk mewujudkan kebersihan yang sempurna dan kesehatan yang prima, maka sepuluh fitrah yang disebut dalam riwayat Aisyah ra harus benar-benar diindahkan.
Aisyah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
عشر من الفطرة: قص الشارب وإعفاء اللحية والسواك واستنشاق الماء وقص الأظافر وغسل البراجم ونتف الإبط وحلق العانة وانتقاص بالماء. قال الراوي مصعب بن شيبة: ونسيت العاشرة، إلا أن تكون المضمضة. قال النووي عن العاشرة: لعلها الختان وهو أولى
“Ada sepuluh fitrah (kemanusiaan): memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak, membersihkan hidung dengan air, memotong kuku, membasuh punggung jari-jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, bersuci dengan air. Perawinya, Mus’ab bin Syaibah berkata: “Saya lupa yang kesepuluh. Kemungkinan besar adalah berkumur-kumur.” Imam Nawawi berkata tentang yang kesepuluh : “Bisa jadi khitan, dan memang sudah semestinya begitu.” (HR.Muslim).
Karena sembilan fitrah sudah dibahas dalam serangkaian muhasabah pekan terakhir ini, maka hari ini kita mencermati satu fitrah lagi yang tersisa yakni khitan. Sebagaimana fitrah lainnya, khitan juga merupakan bagian dari akhlak diri, etika internal terhadap diri kita sendiri.
Khitan di Indonesia juga lazim dikenal dengan istilah sunah rasul atau sunatan. Dalam Islam, khitan dimaksudkan sebagai upaya menyempurnakan pengabdian pada Allah dengan membersihkan kemaluan dari segala yang berpotensi menutupi kebersihan dan menghalangi kesucian diri. Mengapa hal ini sangat dipentingkan atau bahkan dinilai "sakral"?
Ya, karena khitan itu merupakan penanda identitas keislaman seseorang dan penanda usia balighnya dimana beban taklif atas keislamannya sepenuhnya sudah berada di pundaknya. Oleh karenanya, khitan itu sangat penting sebagaimana halnya aktivitas dan siklus kehidupan lainnya. Maka wajar, bila saat khitan juga diselenggarakan tasyakuran, walimah sunah rasul seperti halnya kelahiran dan walimatul 'ursyi.
Karena menjadi penanda kedewasaan atau usia balighnya seseorang, maka seluruh kewajiban terutama shalat dan puasa Ramadhan sudah harus istikamah dikerjakan. Orangtua mestinya bertanggungjawab atas pewarisan nilai dan pendidikan Islam atas putra putrinya ini, sehingga sejak di lingkungan pendidikan informal, anak-anak dari keluarga muslim sudah dibekali dasar-dasar keislaman yang memadahi.
Bila melalui khitan dimaksudkan menyingkap penutup yang berpotensi mengurangi kesempurnaan akan kebersihan dan kesucian dalam rangka melakukan pengabdian pada Allah, maka segala yang dapat mengurangi kesempurnaan dalam ta'abud ilallah, beribadah pada Allah juga harus dikhitan, dibersihkan.
Dengan demikian secara substantif, dapat dipahami bahwa penyempurnaan penampilan, kebersihan, kesehatan merupakan etika diri agar mampu mengabdi Ilahi dan memakmurkan bumi. Semoga kita termasuk hambaNya yang terus islam, berserah diri secara totalitas pada Allah. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian