Fitrah Bersuci

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 27 Zulkaidah 1443

Fitrah Bersuci
Saudaraku, fitrah manusia yang menjadi tema muhasabah hari ini adalah bersuci dengan air. Dasar teologis normatifnya lontuan kutip lagi hadits dari Aisyah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

عشر من الفطرة: قص الشارب وإعفاء اللحية والسواك واستنشاق الماء وقص الأظافر وغسل البراجم ونتف الإبط وحلق العانة وانتقاص بالماء. قال الراوي مصعب بن شيبة: ونسيت العاشرة، إلا أن تكون المضمضة.  قال النووي عن العاشرة: لعلها الختان وهو أولى

 “Ada sepuluh fitrah (kemanusiaan): memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak, membersihkan hidung dengan air, memotong kuku, membasuh punggung jari-jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, bersuci dengan air.  Perawinya, Mus’ab bin Syaibah berkata: “Saya lupa yang kesepuluh. Kemungkinan besar adalah berkumur-kumur.” Imam Nawawi berkata tentang yang kesepuluh : “Bisa jadi khitan, dan memang sudah semestinya begitu.” (HR.Muslim).

Berdasarkan normativitas di atas, di antaranya dapat dipahami bahwa kita umat Islam dituntun secara berkala dan istikamah, untuk bersuci dengan air dan 24 jam dalam kondisi suci setiap harinya. Bila bersuci mandi lazimnya dilakukan dua atau tiga kali sehari semalam, maka bersuci wudhuk setidaknya lima kali. Maka dengan upaya ini diharapkan badan menjadi bersih, terawat, segar bugar sehat walafiat. Inilah Islam, sejak kebersihan lahiriyah sudah harus diindahkan, apatah lagi kebersihan bathiniyah.  Mengapa kebersihan lahiriyah menjadi amat penting?

Iya, tentu, karena setidaknya, kebersihan lahiriyah memberikan makna dan menyempurnakan kebersihan bathiniyahnya. Ketika kebersihan lahir dan bathin ini dapat terus dikukuhkan dalam kehidupan sehingga  terpelihara juga terjaga, akan meniscayakan kelancaran perjalanan menuju Allah taala, diri yang bersih suci menuju, bertemu bahkan menyatu dengan Allah Zat Maha Suci.

Nah kebersihan lahir atau bersuci dapat atau biasa dilakukan dengan air. Mengapa musti bersuci dan mengapa bersuci dengan air?

Pertama, mengapa musti bersuci? Ya, di antaranya bersuci dan dalam kondisi suci itu bersih, sehat, dan dicintai Allah. Innallaha yuhibbul mutathahirin.  Allah maha suci mencintai kesucian. Jadi kalau kita bisa dalam keadaan suci meski secara lahiriyah sudah memperoleh cintaNya Allah. Apalagi suci akal, jiwa dan hatinya.

Coba bayangkan bila sudah dicintai Allah, maka hidup kita pasti menjadi mudah dan dimudahkan, berkah memberkahi. Apapun yang dimohon, atau bahkan tidak dimohon secara verbalpun sekalipun, Allah sudah mengabulkan atau memenuhi hasrat hamba-hambaNya. Ke manapun kaki melangkah, pasti senantiasa dalam perlindungan Allah. Apapun yang dipikirkan, pasti membawa keselamatan dan kebaikan, karena pasti ditunjuki Allah. Apapun amal yang dikerjakan pasti mendatangkan kemaslahatan, karena pasti atas iradah dan keridhaan Allah.

Kedua, mengapa bersuci dengan air? Ya, karena air itu sifatnya membersihkan mensucikan, mendinginkan menyegarkan, menutupi lobang dan meratakan, dan memuaskan dahaga kehidupan.

Jadi lazimnya badan dibersihkan dengan air. Adapun akal pikiran dibersihkan dengan ilmu pengetahuan melalui belajar. Maka kitapun mencari dan menguasai ilmu pengetahuan. Akal pikiran hanya akan bersesuaian dengan ilmu pengetahuan, maka akal pikiran yang tidak digunakan untuk berpikir memperoleh ilmu pengetahuan sejatinya akal pikirannya tertutupi kotoran, sehingga seolah tidak berakal. Maka mencari, menemukan dan menguasai ilmu pengetahuan merupakan keniscayaan untuk membersihkan dan mencermerlangkan akal pikirannya.

Kebersihan atau kejernihan jiwa di antaranya dilakukan dengan menangis. Menangis seperti apa yang dapat membersihkan jiwa? Tentu menangis yang punya makna. Di antaranya adalah menangis haru saat pertaubatan kita. Taubat nasuha dapat mengantarkan seseorang kepada kesuciannya, kepada kefitrahannya, karena dosanya sudah diampuni dan dihapus oleh Ilahi. Maka menangis sebagai wujud dan refleksi penyesalan yang sungguh-sungguh terhadap dosa-dosa selama ini dapat membersihan jiwanya.

Di samping itu, menangis karena trenyuh dan terbawa pada saat menghayati bacaan-bacaan shalat atau saat mendengar ayat-ayat suci dilantunkan atau trenyuh saat menyaksikan orang-orang papa memperoleh pertolongan Allah. Tangisan-tangisan semacam ini tidak saja membersihkan jiwa tetapi membawa  kepuasan bathin yang tiada tara. Berbeda menangis karena sedih, suara isak tangis karena penghayatan nilai religiusitas ini justru menjadikan nyaman di hati tidak menyesakkan dada. Rasanya ingin mengulangi lagi dan terus mengulanginya lagi sehingga terasa damai di hati. Sehingga bila ada riwayat yang menyatakan harusnya kita lebih banyak menangis daripada tertawa, maka dimaksudkan agar kita senantiasa dalam kedamaian yang nyata.

Cinta ke atas Rabbnya dapat membersihkan hati. Perasaan cinta akan mengantarkan totalitas kepribadian yang ingin terus berkidmat kepada Rabb Sang Kekasih yang dicintainya. Di sinilah kesucian hati dapat terpelihara.

Jadi bersuci dengan air bermanfaat membersihkan badan, belajar ilmu pengetahuan berfaedah membersihkan akal pikiran, menangisi dosa berfungsi membersihkan jiwa dan mencintai Allah sebagai sarana membersihkan hati. Semoga kita istikamah membersih badan, akal pikiran, jiwa dan hati. 

Bila bersuci dan dalam kondisi suci secara lahiriyah mampu dikukuhkan selama 24 jam dalam sepanjang kesehariannya, maka akan mudah dan dimudahkan dalam belajar sehingga bisa membersihkan akal pikiran. Begitu seterusnya, bersih akal pikiran akan menjadi energi positif untuk  bertaubat menangisi dosa guna membersihkan jiwa. Kebersihan jiwa menjadi wasilah bagi kesucian hati. Kesucian hati menjadi kondisioning bagi kedekatan taqarrub dan bersatu dengan (ridha) Ilahi. Semoga kita bisa. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama