Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 20 Zulkaidah 1443
Fitrah Kekhalifahan
Saudaraku, hampir tiga pekan ini kita sudah mengulang mengulas dan mensyukuri 19 ragam fitrah, asal kejadian manusia yakni fitrah bertuhankan Allah (muhasabah ke-1), fitrah Islam (muhasabah ke-2), fitrah kesucian (muhasabah ke-3), fitrah ketakberdosaan (muhasabah ke-4), fitrah potensi internal (muhasabah ke-5), fitrah keaslian (muhasabah ke-6), fitrah cenderung baik (muhasabah ke-7), fitrah suka lawan jenis (muhasabah ke-8), fitrah suka anak (muhasabah ke-9), fitrah suka harta (muhasabah ke-10), fitrah makan minum (muhasabah ke-11), fitrah suka enak (muhasabah ke-12), fitrah suka berbagi (muhasabah ke-13), fitrah gerak (muhasabah ke-14), fitrah seimbang (muhasabah ke-15), fitrah maju berkualitas (muhasabah ke-16), fitrah berjuang (muhasabah ke-17), fitrah menang (muhasabah ke-18), dan fitrah kecerdasan (muhasabah ke-19).
Dan kini memasuki hari ke-20 Zulkaidah ini, tema fitrah yang diulangkaji amat spesial, yakni fitrah kekhalifahan. Fitrah kekhalifahan bagi manusia relatif lebih dahsyat daripada fitrah selainnya. Mengapa? Bila fitrah selainnya melekat sejak keberadaan penciptaannya, maka fitrah kekhalifahan justru sudah ditetapkan jauh sebelum penciptaan manusia itu sendiri. Hal ini tersurat secara gamblang dalam al-Qur'an.
Allah berfirman yang artinya Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Qs. Al-Baqarah 30)
Bahkan dalam ayat yang lain juga dikabarkan bahwa kekhalifahan tersebut sejatinya telah ditawarkan ke makhluk selainnya. Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. (QS. Al-Ahzab 72)
Meski sudah dikabarkan jauh sebelum penciptaannya, namun fitrah kekhalifahan baru mulai efektif diemban saat manusia lahir dan hidup di atas bumi ini. Di sinilah, kemudian kekhalifahan itu dipahami setidaknya sebagai keterwakilan Allah di atas bumi, kepemimpinan, dan amanah pengelolaan bumi.
Pertama, fitrah kekhalifahan sebagai keterwakilan Allah di atas bumi ini. Ini peran yang amat dahsyat. Coba bayangkan wakilnya Allah di atas bumi! Tetapi tentu mesti diingat wakil itu ya wakil, bukan Allah. Fitrah ini mestinya mewujud dan aktual dalam rangka menaati dan mengabdi pada Ilahi. Dan tentu, juga harus disadari bahwa manusia bukan wakilnya setan, yang kerjanya selalu merecoki.
Kedua, fitrah kekhalifahan sebagai kepemimpinan di atas bumi ini. Fitrah ini menegaskan bahwa manusia adalah pemimpin, baik pemimpin satu atas lainnya maupun pemimpin atas dirinya sendiri. Kepemimpinan yang diemban tentu kepemimpinan yang membawanya kepada keridhaan Allah ta'ala.
Ketiga, fitrah kekhalifahan sebagai pengelola bumi ini. Peran ini menegaskan bahwa manusia adalah pengelola dan pemakmur bumi ini. Maka, khalifah itu
Mengurus tidak menguras
Mengatur tidak merusak
Melindungi tidak mendzalimi
Memimpin tidak merecoki
Merangkul tidak memukul
Mencintai tidak membenci
Memaafkan tidak mendendam
Mensurgakan tidak menyengsarakan.
Sudah barang tentu, ketiga peran yang diemban oleh manusia ini menghajatkan panduan (baca al-Qur'an dan Hadits Nabi) dan kecerdasan holistik sehingga mampu menjalaninya dengan amanah dan istikamah dalam frame pengabdian hanya kepada Allah jua. Semoga kita bisa. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian